Thursday 14 March 2019

Lai Ming, Hotel Sederhana di Kawasan Prostitusi




“Lu entar di Singapur nginep dimana?” tanya teman saya Lusi, yang biasa traveling sendirian kemana-mana.
“Lai Ming”
“Lai Ming dimana Nda?”
“Geylang”
“Ah gilaaaa lu.. beneran mau nginep di Geylang? Itu kan kawasan red district, laki lo tau?” sambil melirik ke paksu, karena dia tau paksu ini orang yang alim banget. Pandangan lusi seperti bertanya, kalo-laki-lo-tau-itu-kawasan-red-district-gimana-Nda?

“Dia nggak tau, udah diem aja lo” sebab yang tau pikiran paksu kan saya, pasti dia bakalan nerima aja.
Yang saya baca dari banyaknya review memang demikian, hotel yang bakalan saya tempati berada di kawasan prostitusi, itu artinya saya bakalan sering liat mbak-mbak dengan para mucikarinya, bayangan saya Geylang itu kayak tempat lokalisasi di Surabaya, dimana banyak cewek-cewek menggoda iman berjejer di jalan ditawarkan para mucikarinya. Tapi nggak sedikit yang mereview tempat ini bagus, nggak mengecewakan, entah yang mereview ini mungkin lagi ketiban dewi Fortuna, jadi dia dapat tempat yang bagus. Tanya sama temen yang sering ke Singapur juga dia bilang begitu, kalau Geylang itu kawasan prostitusi, tapi prostitusi di Singapura rapi nggak norak kayak di Indonesia, bahkan nyaris samar kayak nggak terjadi apa-apa. Pokoknya wes, saya bismillah aja, semoga Allah melindungi pandangan saya dan keluarga dari yang enggak-enggak. Niat saya kan baik pengen bikin mereka bahagia

welcome


Tibalah hari keberangkatan
Dari Changi saya menuju Lai Ming menggunakan Grab, menyusuri jalan Singapura yang bersih dan sangat tertata, seolah luput dari sampah membuat saya merasa nyaman berada disini. Ketika memasuki kawasan Geylang dimana lampion berjejer rapi, toko-toko dengan aksara han alias tulisan Cina ada dimana-mana, suami saya spontan bertanya, “Ini kawasan Pecinan ya bu? Disini banyak makanan halal nggak?”,

muka cape pengen buru-buru bobok

“Menurut review banyak kok makanan halal disini, nanti dicari” air muka suami menunjukkan, banyak-tulisan-Cina-begini-dimana-halalnya?, tak lama kita sampai di Lai-Ming Hotel yang kalau dari Bandara hanya sekitar 30 menit kurang, mata saya menyapu seluruh bangunan hotel yang terlihat tua dan agak terkesan spooky, tapi saya sih liatnya biasa aja, mungkin bagi orang yang penakut nggak kepingin nginep di sini :D, saya memasuki bangunan utama yang dimana terdapat resepsionis, seorang wanita paruh baya berwajah oriental menyapa, “Selamat sore ada yang bisa saya bantu?” eh dia bisa bahasa Indonesia, dan cukup lancar. Saya langsung menyerahkan kode booking yang terdapat di ponsel, dia melihat sejenak, mencari berkas dan berkata, “Boleh saya minta paspornya Amanda”, saya menyerahkan paspor dan si enci melihat-lihat. Kemudian saya dikasih kunci kamar yang beneran kayak kunci rumah, bukan kunci elektrik yang biasanya ditempelin ke gagang pintu buat ngebukannya, dan 3 buah botol air mineral ih sungguh jadulnya :D

dekat dengan resto halal


Kamar nggak sesuai
Sebenernya saya memesan family room untuk 3 orang, yang saya lihat di apikasi pemesanan, kasurnya 3, tapi kenyataannya kasurnya hanya untuk 2 orang, walaupun begitu satu kasur saja bisa guling-guling buat 2 orang, kasur yang satu lagi untuk 1 orang, not badlah, kasurnya juga empuk, yang penting nyaman buat anak kecil, saya sih bobok di lantai juga nggak masalah, tapi kan saya bawa anak kecil yang dimana dia butuh banget kenyamanan.

kasurnya sih bersih, bawah kasurnya amit-amit deh.. btw kalau kasih kunci pada pagi hari ada petugas yang merapikan dan mengganti handuk juga



Di dalam kamar ada lemari yang cukup banget buat nyembunyiin manusia, 1 meja kecil yang berisi 2 gelas dan 1 cawan entah ini cawan buat apa dan tissue yang masya Allah kotornya kayak setahun nggak diganti T_T. AC cukup dingin dan agak error wkwk.. di kamar ini saya mendapatkan 3 selimut yang tipis kayak selimut rumah sakit, lumayan hangat sih daripada nggak ada. Dan 3 buah handuk yang permukaannya kasar dan sama-sama tipis. Hehe…


Selesai menaruh barang saya putuskan untuk melihat-lihat channel TV, tapi setelah diganti, loh kok, stasiunnya ini lagi-ini lagi, acaranya semacam drama Mandarin gitu dan nggak direkomendasikan buat ditonton ahahaha.. zonk banget! Ah ya sudahlah selonjoran dulu aja. Karena waktu sudah menunjukkan hampir setengah 5 saya buru-buru memandikan Naqib, paksu mandi dan shalat, saya pun ikutan mandi. Rasanya pembalut yang saya pakai sudah penuh banget, ya.. saya sedang haid saat itu, bayangkan betapa tidak nyamannya kan. Tiba-tiba timbul keisengan lain, Iseng saya melongok ke bagian bawah kasur, dan…gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!! Kotor banget… ini sudah berapa abad nggak disapu dah, ada debu bercampur baterai, sampai, plastik bungkus pembalut. Kalau di Indonesia, hotel dengan harga yang saya tempati ini sudah dapat kelas bintang 3, tapi di Singapur saya malah dapat kelas melati, jadi bayangin aja bagaimana sederhananya Lai Ming. 

sepi kan? tapi kalau malam berisik di sini

Malam pun saya tidak mendapat ketenangan tidur di sini karena berisiknya minta ampun, mungkin para mucikari beraksi membawa selir-selirnya, nggak cuma itu orang nutup pintu nggak pake perasaaan, jedeeer-jedeeer kayak berasa rumah sendiri, tertawa dan ngobrol seenaknya, astaghfirullah… ampun deh, untung paksu dan Naqib kecapekan, jadi dia nggak bangun-bangun selama 3 hari menginap. Tapi bagi saya yang homesick, ini sungguh mengganggu.


Kamar Mandi
Syukur Alhamdulillah ada air panas, walaupun begitu air panasnya nggak berfungsi dengan baik, karena ketika dinyalakan langsung terasa panas sekali dan berangsur mendingin. Ini ajaib nggak sih, makannya ketika memandikan Naqib saya tes pada kulit sendiri dulu. Kamar mandinya cukup sederhana, ada wastafel dan toilet duduk juga gantungan baju yang cukup. Nggak ketinggalan, ada shampoo gratis dalam tabung mini, dan shampoonya ini nggak lengket, kalau digantikan menjadi sabun nggak mengecewakan.




Dekat dengan MRT dan rumah makan halal
Suami langsung sigap mencari di google map, “Bu, ada rumah makan India nih bu, halal, ya udah kita kesini yuk. Sebelahnya ada Sevel kira-kira tiga ratus meter. Nggak jauh bu” maka selesai mandi kami bergegas keluar, jalan-jalan tipis sore hari mencari sevel, karena saya harus mengganti simcard juga biar nggak tersesat. Btw, karena ini kawasan red district jadi jangan kaget ya kalau ada ‘Adult Shop’, dimana adult shop ini menjual berbagai macam alat kebutuhan seks dengan tampilan toko banyak gambar-gambar vulgar :D. Tapi bukan Singapur namanya kalau nggak tertata, sebelum melintasi toko-toko vulgar kurang lebih dibagian atas ada plang yang menunjukkan toko tersebut menjual barang-barang nganuan, jadi pas sebelum lewat situ saya selalu mengalihkan perhatian Naqib, sampai si Naqib kebingungan, “Kenapa sih aku suruh liat sana terus?” di kawasan itu pula ada rumah makan India yang menjual banyak makanan halal, mini market dll.

ambil gratis

Tarik garis lurus dan tinggal nyebrang stasiun MRT Al-Junied berada, satu kawasan dengan garis lurus ini nyempil rumah makan Padang, laki saya ini yang lihat pertama kali, dia matanya lebih jeli daripada saya. Btw, karena ini di Singapur, negara super disiplin yang nggak boleh nyebrang sembarangan jadi kalau mau menuju stasiun ini harus memutar mencari zebra cross (liat gambar dbawah).. jiakakak… ngeselin nggak :D CCTV banyak di Singapur, jangan cari gara-gara pokoknya. Anyway, saya nggak merasakan ada hawa-hawa prostitusi di sini karena saya nggak melihat ada mbak-mbak yang dijajakan di pinggir jalan saat sore menjelang malam. saat pagi pun demikian, nggak terlihat ada mbak-mbak baru bangun seperti habis melayani. Tapi pada akhirnya saya bilang ke suami kalau ini kawasan prostitusi dan dia biasa aja. Haha..
  
kuingin berkata kasar tapi takut dosa


Dapat sarapan
Setiap pagi, kita menuju bangunan utama untuk sarapan, berbaur dengan para tamu lainnya. Walaupun sarapannya cuma roti dengan selai nanas, tapi Alhamdulillah cukup kenyang, tersedia air panas, teh gratis dan minuman rasa kopi, karena kopinya bukan kopi bubuk yang diseduh melainkan kopi saringan *kayak teh gitu*. Naqib sih suka banget makan roti nanas campur gula pasir hihi.. biarin lah daripada dia nggak sarapan. Dan, ketara banget loh mana turis Indonesia mana turis asing :D, sumpaaaah beda 180 derajat, saya lihat turis asing yang makan pakai sandal jepit, kaos oblong, rambut acak-acakan. Kalo turis Indonesia, astaga naga, dandanannya udah kayak mau pemotretan apa tau, dempul tebel, pakai bulmat, softlens. Cowok-cowoknya juga gitu, dandan rapi bener kayak mau kondangan, wangiiiiii, iya sih saya tau emang buat foto yang kece butuh effort juga wkwkk… tapi sungguh ini jadi pemandangan yang gimana atuh nya… :D, tuh kan jadi julid wkwk..

antri bikin roti

kayak kos-kosan nggak sih

Hari kepulangan tiba, kami check out dan suami dikasih semacam bandul, “Ini pasang dirumah untuk keberuntunganmu. Semoga kalau ke Singapur menginap di sini lagi”, sahut enci-enci dengan bahasa inggris berkasen mandarin. Nginep sini lagi nggak ya, mikir lagi kayaknya saya.


ini kemudian jadi gantungan di pintu lemari buku

Lai Ming Hotel Cosmoland
424 Geylang Road Singapore 389395
Telp : +65 67449095
Fax : +65 67449295
Hp : +65 96399383
email : ong-tong-liang@hotmail.com

26 comments :

  1. Tapi kalau di Surabaya (eh tapi kan sekarang dah g ada berkat Bu Risma kece), cewek2ny tuh biasa2 aja, jauh cantikan kitalah wkkk
    Ehhhh...
    Maksudny kirain aku yg wow gitulah cem artis, ternyata biasa aj, yang ada aku malah prihatin sedih dan nyesek T_T
    (Pernah lewat sana zaman baeuhula)

    ReplyDelete
  2. Waduh kl bawa anak memang ngak disaranin di daerah Geylang mbak. Better deket arab street. Apalagi di Lai Ming ini mah spreinya aja bau harus dialas kl ngak bisa gatel2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. tp aku sepreinya Alhamdulillah wangi dan bersih, lg sial banget dirimu mba, mungkin abis dipake buat nganuan wkwkwk

      Delete
  3. Jiwa makemaknya keluar ya mba Manda, pingin bersihin kolong tempat tidur.. Aku juga gatel pingin pinjem sapu iadinya.. haha.. Gemesnya itu kalo nginap di Sing bisa dapet staycation hotel kece di Indonesia dengan harga yang gak jauh beda.. Aku belum pernah muterin Geylang, tapi Alhamdulillah ya mba deket resto India sama Padang juga yaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduh, ini harga hotel melati masak seharga hotel ASTON di Bekasi, pengen pingsan ga sih T_T

      Delete
  4. Setahun lalu pesan kamar di Lai Ming tapi akhirnya dipindah ke Min Wah hotel yang masih sodaraan, jaraknya 300an meter dari situ. Awalnya kesel, tapi ujungnya jadi bersyukur karena dipindahin ke hotel yang lebih bagus. Pas baca review Mba ini jadi makin bersyukur lagi 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi aku sial gtu ya mksdnya T_T, mudah2an suatu hari nanti aku nginep d Marina T_T

      Delete
  5. 2 tahun yg lalu pas ke Singapura, nyaris mba nginep ke daerah Geylang. Tapi, Alhamdulillah akhirnya gak jadi karena udah parno duluan hihii, dan langsung dapat di daerah Bugis street wkwkw. Maklum mba, waktu itu judulnya lagi honeymoon 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo ga ada anak mungkin aku cari di Bugis, tapi pengen cari family room adanya cma d sini yg murmer

      Delete
  6. kamu beruntung ga nemu para ladiesnya di jejer :p. aku pas trakhir nginep sana, mereka selalu dipajang tiap malam.

    makanan halal gampang yaa di sana. akupun wkt itu nemu tempat makan halal juga. jd memang ga usah kuatir kalo nginep di geylang :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebnernya Singapur ramah muslim kok mba, mau dimana aja dapet tempat enak dan halal asal mau cari

      Delete
  7. not bad lah yaa untuk hotel yang sederhana dan untuk ukuran keluarga. Lagipula dekat sama makanan2 halal dan gak bingung lagi saat laper mau cari makanan halal dimana.

    ReplyDelete
  8. Prostitusi rapi di singapur karena kota seribu denda hehe

    ReplyDelete
  9. Aduw mumet saya kalo tiap malam orang sekitar kamar hotel tutup pintunya pake jederrr jedeeerrrr.

    ReplyDelete
  10. kenapa saat itu bun manda pilih hotel ini? pasti ada bbrp hotel yg di pilih sebelum menentukan akhirnya kesini aja..

    ReplyDelete
  11. Untung wkt itu aku gak jd nginep di Geylang :))

    Kenapa yak hotel2 di Singapore gitu2 semua? Harga selangit tp fasilitas minim? Beda bgt ya sama di Indo,500rb aja udah dpt kamar yg lumayan bgt, minimal gak kotor gitu ya.

    Aku jd bayangin ekspresi Naqib saat dikasih disuruh alihin pandangan itu haha..da aku penasaraan pgn liat adult shopnya kek gimanaa :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang Sigapore apa2 juga mahal, jd jgn heran harga 600rb baru dapet kelas melati, haha...

      Delete
  12. Hahaha kasihan Naqib disuruh nengok ke sana terus. Udah si bocah pinter pula yak, jadi protes dah. Eh tapi walau Manda di sana berhijab (dan dirimu hijabnya lebar pula kan), ini ada perhatian2 aneh gak sih pas jalan2 di area hotel ini?

    Jorok juga ya hotelnya. Anyway ntar lanjut ya cerita2 kelayapan di Sin nya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. nggak mba, soalnya banyak juga sih yang pakai hijab, apa akunya yang cuek gitu nggak perduli juga sama pandangan orang kayak apa :D

      Delete
  13. Dari fotonya, ternyata yg anak kecil enggak cuma Naqib ya.. Gimana pandangan mereka pas lihat ada family & anak2 yang nginep di hotel itu ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mereka biasa aja, karena kan nggak ada yang aneh2 disini

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)