Wednesday 23 January 2019

Aku Merdeka Ketika Anakku Tak Kenal Uang




“Bun jajan dong bun”
“Ma, mau cilok”
“Bu, mau itu.. mau.. mau….”
Pemandangan ini sudah khatam saya lihat setiap harinya ketika sepulang mengantar atau menjemput Naqib sekolah, bahkan ketika pulang bareng dengan ibu-ibu yang lain mereka kerap bercerita perihal anak-anaknya.
“Anak saya itu susah banget makan dirumah, tapi kalau sudah jajan, ya ampun.. sehari bisa dua puluh ribu” melotot dong saya :D.
“Jajan apa aja bun?” tanyaku pada seseorang itu. Gila… dua puluh rebu itu tabungan saya setiap hari.
“Wah buanyak, mie, ciki, cilok, burger” ya pantes dia nggak mau makan, lah wong yang dimakan karbo semua. Lagian ya ampun itu camilan mengerikan semua yang dia sebut.
“Jadi ya, dia jarang banget makan dirumah” ibu itu melanjutkan, saya cuma menggumam, untung si Naqib nggak suka jajan, jadi uang belanja aman.



Kenapa anak jadi konsumtif?
Perilaku jajan ini adalah kebiasaan konsumtif dalam skala kecil, dan skala kecil ini akan menjadi besar jika dibiarkan setiap hari. Kebiasan jajan lambat laun akan mengubah kebiasaan hidupnya menjadi perilaku hedon, nah bahayanya jika anak berumah tangga jika terbiasa konsumtif, maka ia akan menjadi manusia yang super duper boros, tidak pandai mengelola keuangan dan menjadi manusia yang suka lapar mata. Hobi beli barang tapi akhirnya nggak terpakai, ya beli aja gitu, dipake juga enggak, hanya untuk menuntaskan kepuasan belanjanya. Ini kan mengerikan sekali ya. Saya punya teman yang seperti ini, jadi si manusia ini hobby banget belanja, katanya dia suka lapar mata, terus kemudian ketika barang-barangnya sudah semakin banyak terkumpul dirumahnya dia bingung, ‘barang segini banyak mau dikemanain?’ akhirnya dijual kembalilah barang-barang yang pernah dia beli itu, sebagian besar belum pernah terpakai, kalau dipikir-pikir ini konyol banget, sumpah, dibeli mahal-mahal-disimpen dirumah-lalu dijual lagi dengan harga murah. Ini manusia jadi persis Tanah Abang kan saya rasa wkwk.. dan perilaku hobby belanja ini ternyata nggak menjangkiti perempuan aja, laki-laki juga banyak yang semacam ini, kalau perempuan hobby belanja wajar lah ya, ya ampun ini loh manusia ini laki-laki. Apa nggak makin heran saya.


Manusia-manusia jenis ini adalah manusia yang kalau nggak ngeluarin duit setiap hari kayak ada yang kurang, ya bagus sih tandanya dia membantu kehidupan manusia yang berjualan jadi lebih baik, jadi semakin punya untung besar hihihi, tapi dibalik ini dia bukan manusia yang survive, coba misalnya dia kehabisan duit apa yang akan terjadi? Dia bakalan seenaknya pinjam pada orang tapi bingung kalau ditagih balik duitnya. Pokoknya yang penting ada duit aja dulu gitu, masalah ngembaliin ntar aja. Ini ngeri nggak sih, efek buruknya bahkan lebih banyak dari efek baiknya.


Bagaimana agar anak tidak menjadi konsumtif?
Ya, jangan diajarin jajan, anak-anak bisa jajan kan sebab orangtuanya. Ya siapa lagi yang ngajarin kalau bukan mereka? Memangnya anak-anak akan kenal duit gitu saja tanpa diajarkan? Anak-anak itu polos, mereka bagaikan kertas putih ketika lahir, yang mencoretnya adalah orangtuanya, ya aneh aja gitu ketika anak lahir bisa kenal duit tanpa ada yang ngajarin. Misalnya nih ya, pas ibu-ibu ke warung dan ngajak anak, apa coba yang dikatakan pada anak? “Adek mau jajan apa?” yakin pasti pada nanya begini, jarang banget yang begitu belanja langsung pulang dan tidak bertanya apa-apa pada anaknya. Nah dari sinilah kebiasaan anak gemar jajan akan dimulai, setiap pergi ke warung dia akan menagih minta cemilan dan jajanan,  dan momen pergi ke warung akan selalu ditunggu-tunggu anak agar dia selalu dapat camilan. Suatu hari mamaknya malas ngantar si anak untuk jajan, si mamak akan ngasih si anak duit, “Nih jajan aja sendiri, mamak malas pergi ke warung” dari sinilah anak akan kenal yang namanya duit, duit sebagai alat tukar dengan benda. Lama-lama karena sudah ngerti belanja, si anak tinggal minta duit sama mamanya buat jajan, lalu terjadilah hal dimana anak mulai mengerti jajan dan menjadi konsumtif.


Belum lagi fenomena lebaran, dimana anak-anak akan dikasih amplop-amplop berisi uang dari para orangtua, dan orangtua itu berkata, “Nih angpau buat jajan”, so.. jadi kesimpulannya sudah jelas kan, yang mengenalkan uang pertama kali adalah orangtua hihihi..
Dari Naqib kecil saya sudah membuat kesepakatan dengan paksu jangan menggunakan kata jajan kalau sedang ke warung, “Bilang saja belanja” tapi sekuat-kuatnya prinsip mamak mengajarkan pada anak, tetap saja kecolongan, anak diajari oleh saudaranya atau lingkungannya. Syukurnya karena awal-awal mendidik, kami pisah dan sangat jauh dari keluarga, jadi ketika ke warung kata-kata jajan tidak saya ajarkan pada Naqib dan ini cukup kuat tertanam dalam otak Naqib, dan  syukurnya lagi ketika kami kembali hidup dan berkumpul dengan keluarga Naqib nggak tau jajan itu seperti apa karena sudah terbiasa hidup tanpa jajan. Pun ketika ia dikasih uang oleh saudaranya, uang tersebut ia kembalikan ke empunya kaya berasa nggak butuh wkwk.. atau dia akan bilang, “Nih buat ibu aja” loh ya merdeka emaknya dikasih duit. Butuh waktu untuk membuat Naqib mengerti alat tukar ini fungsinya untuk apa, bagaimanapun dia harus tau juga fungsi uang yang sesungguhnya untuk apa, tapi tetap, saya tidak mengajarkan untuk mendewakan benda bernama uang ini dalam kehidupan sehari-harinya.


Tidak jajan bukan berarti hemat, hemat bukan berarti pelit
Ini dulunya juga diterapkan oleh ibu saya, saya diwanti-wanti jangan jajan sembarangan. Orangtua dulu sih melarang dengan dalih, jajanan diluar menjijikkan, dirubung lalar, kuku abangnya hitam-hitam, bekas pipis dan seribu macam alasan agar saya tidak menyentuh jajanan luar. Tapi ternyata ancaman ini bermanfaat, setelah besar saya faham orangtua melarang saya jajan kenapa? Agar di masa depan saya bisa hidup lebih terarah dan mampu mengatur keuangan dengan baik. Alhamdulillah manfaatnya saya rasakan sekarang setelah saya menikah bahkan jauh sebelum saya menikah. Nah, di periode emasnya kurang lebih larangan saya sama seperti orangtua dulu, saya melarang Naqib jajan diluar karena :

1.      Jajanan diluar belum tentu bersih
Naqib ini kan masih masa-masa sekolah tentunya penting banget ilmu-ilmu dasar disekolahnya seperti membaca, menulis, menggambar dan kemampuan motorik lainnya dipelajari lebih dalam, pasalnya kalau belajar dirumah kadang ogah-ogahan, nah saya percayakan kemampuan membacanya pada gurunya. Kalau dia jajan takutnya saat imunnya tidak baik dia akan sakit, kalau begitu sudah pasti dia tidak bisa masuk sekolah, waah dia kalau sakit bisa kehilangan pelajaran penting. Pelajaran anak TK itu walaupun sepele tapi bermanfaat banget loh buat anak yang belum bisa baca dan nulis.


Kalo anak jajan buah kayak gini mah, saya nggak bakalan ngelarang, lah wong sehat gitu :D

2.     Gizinya nggak jelas
Jajan diluar itu nggak pernah saya ketahui gizinya, iya. Saya ini cerewet soal gizi anak, soalnya saya sudah sering kali dibekali ilmu stunting, ilmu gizi, ilmu tumbuh kembang. Nah ilmu ini ingin sekali saya terapkan pada Naqib, akan sia-sia kalau dia sudah kenal jajan lebih dulu. Lagipula Naqib masih masuk dalam periode emas, dimana masa-masa ini perlu asupan nutrisi lebih banyak, dia harus lebih banyak kenal sayur, buah, daripada cilok, somay, burger-burgeran apalah ga jelas :D, kalau dia sudah jajan di luar nantinya dia akan ogah makan masakan ibunya. Nah cita-cita saya membantu pemerintah emngatasi stunting bisa gagal.

3.      Membiasakan anak untuk menghargai masakan
Kalau anak terbiasa jajan, perutnya akan kenyang sebelum saatnya makan, alhasil dia akan malas makan. Masakan yang sudah dimasak orangtuanya yang tadinya untuk 4 orang jadi bersisa, berujung jadi mubazir. Ini ya, orangtua mau ngomong semilyar kali pun kalau anak sudah terbiasa jajan dan malas makan dirumah nggak akan ngaruh ditelinga anak, pengen nangis nggak sih mom..


4.      Mengajarkan anak untuk terbiasa hidup sehat
Tau kan bun, penyakit degeneratif? Yaitu penyakit yang disebabkan oleh tingkah laku hidup kita sendiri. Nah, jajanan diluar itu kan belum tentu sehat, ada banyak ancaman penyakit hanya dari sebungkus gorengan, seperti kanker, jantung, diabetes dll. Ini ngeri nggak sih, kalau orangtua nggak mengkontrol apa yang anaknya makan, anak bisa saja terjangkit salah satu penyakit tersebut sejak dini. Tentunya kita ingin anak kita tumbuh menjadi generasi yang sehat, cerdas dan aktif bukan generasi penyakitan. Nah dengan melarangnya jajan saya juga ikut membantu menyelamatkan masa depannya. Nggak ada salahnya kan antipati sama apa yang dimakannya?

Yuk mamah dan papah dirumah, yang masih punya anak kecil, mumpung anaknya belum ngerti banget sama yang namanya jajan, bisa diajarin pola hidup hemat dan sehat dari sekarang, ini bermanfaat banget loh untuk kehidupannya kelak, serius, saya sudah merasakan didikan orangtua saya semenjak saya dewasa. Nah, pasti bertanya-tanya dong, bagaimana step-step agar anak menolak jajan walaupun ditawarkan sekalipun?

1.      Jangan berkata apa-apa
Misalnya orangtua sedang ke warung nih dan mengajak anak, tentu saja anak kan belum ngerti apa yang dilakukan orangtuanya. Ya sudah aja si anak jangan segala ditawarin pengen ini pengen itu, atau maksa beli sesuatu padahal si anak nggak ngerti apa yang dibeli orangtuanya. Habis belanja yang dibutuhkan langsung pulang, selesai kan perkara, anak nggak ngerti yang namanya jajan :D


2.      Belikan cemilan secara berkala untuk makanan rumah
Dirumah, saya selalu membelikan Naqib biskuit, kue-kue secara berkala, misalnya untuk seminggu, saya perbanyak roti, pudding, jelly, susu, jus, kelihatannya pengeluarannya besar, tapi coba deh misalnya dikalkulasi sama jajan anak harian, misal si anak sehari jajan Rp.5000 dikali seminggu sudah Rp.35.000, nah ini belum termasuk jika si anak sakit akibat jajan, pasti pengeluarannya lebih besar lagi :D, nggak apa-apalah mak pengeluaran besar dikit untuk kebutuhan rumah tangga dibanding anak terbiasa konsumtif, ini akan lebih berbahaya lagi dan beneran membiasakan anak untuk selalu makan dirumah akan sangat bermanfaat untuk masa depannya nanti. Dia akan selalu kangen masakan ibunya :D, dan yg terpenting dia ga makan masakan abang-abang yang bahan dan cara masaknya nggak bersih.

3.      Mama belajar masak yang enak
Masakan saya juga nggak enak-enak banget :D, tapi karena Naqib terbiasa makan masakan ibunya setiap hari dia nggak suka makan masakan orang, kadang saya malas masak ya, terus dia makan ditempat neneknya gitu, yang masih sama-sama masakan rumah aja dia protes “Kenapa sih bu nggak masak?” nah apalagi dia harus makan buatan warteg. Saya rasa masakan ibu saya juga nggak enak-enak banget, tapi saya selalu betah makan dirumah, karena tiap hari yang saya makan ya masakan ibu saya. Sesekali jajan juga kalau misalnya saya lapeeeeer nggak terkira, ini juga biasanya masih lanjut makan dirumah, tapi frekuensinya nggak sering, sebagai anak sekolah saat itu saya masih bisa nabung


4.      Sounding
Anak nggak akan ngerti kalau nggak diomongin. Misalnya mama-papa mau pergi ke Mall sebaiknya dari rumah sudah buat perjanjian untuk anak, “Kak/dek, ini ibu bawa uang pas-pasan. Kamu jangan minta macam-macam ya, nanti ibu bingung bayarnya gimana” Insya Allah kalau sudah disounding anak akan ngerti, atau perjanjian, beli mainan yang sesuai dia inginkan saja jangan minta lebih, boleh nakut-nakutin, tapi jangan bohong, contoh : “Kalau misalnya uang ibu nggak cukup nanti ibu disuruh jaga toko gimana?” ya kata-kata nakutin itu seumpama perumpamaan. Pasti ngertilah yang baca sebagai orangtua mah :D

5.      Pura-pura nangis kalau anak nggak mau makan :D
Ini kebiasaan saya dulu, waktu anak GTM, misalnya dia baru makan 2-3 suap saya nangis, iya beneran nangis keluar air mata gitu qkqkqk, padahal anak kan nggak jajan ya. Nangis gini sebenernya juga mengantisipasi agar anak nggak minta jajan sih misalnya dia kelaparan. Kalau sudah begitu ujung-ujungnya dia mau dong makan. Nah kalau sudah kenyang, ditawari makanan lewat pun dia nggak bakalan mau, atau misalnya ke warung juga dia bakalan ogah minta-minta. Tapi ya jangan keseringan nangis di depan anak moms, nggak baik juga saya aja jarang-jarang kok hihihi..


6.      Kalau emak-bapak nggak kepingin anak boros yang jangan dicontohin
Ini misalnya emaknya ngelarang anak jajan, tapi emaknya sendiri nyontohin jajan, lah gagal paham nggak? Dimana-mana tuh anak bakalan ngikutin orangtuanya, anak-anak yang hobby jajan itu bisa jadi menurun dari sifat orangtuanya yang juga hobby jajan. Misalnya sudah ada masakan dirumah, eh tiba-tiba bakso lewat, emak yang kepingin ngemil pun nggak sengaja manggil, ini jajan bukan namanya? Secara nggak langsung perilaku ini mengajarkan pada anak loh buk.

7.      Ajari anak nabung dan asah kepekaannya jika tak memilki uang
Dalam pikiran anak, kalau orangtuanya bekerja, mereka akan selalu punya uang, anak tidak akan pernah paham saat-saat kesulitan orangtuanya. Orangtua pun demikian, selalu menampakkan yang baik-baik saja di depan anak, padahal perilaku ini sebetulnya tidak betul-betul bagus. Orangtua beranggapan, anak jangan merasakan kesulitan orangtua, tapi yang akhirnya terjadi adalah anak menjadi tidak peka ketika orangtua kesulitan keuangan. Bahaya banget deh ini mah..
Dari kecil saya selalu diajarkan menabung oleh orangtua, agar saya selalu siap dengan resiko yang terjadi di masa depan. Pun ketika orangtua tidak memiliki uang lebih jika saya ingin sesuatu saya harus belajar maklum dan prihatin, padahal dulu saya anak tunggal, mau minta apa saja pasti dituruti, sungguh orangtua selalu mengajarkan hidup dalam kesulitan ketika kami berkecukupan. Misal, saya kepingin beli komik, dulu harga komik itu murah kan ya hanya Rp.8000, tapi orangtua selalu berkata, “Kalau mau apa-apa nabung, mami-papi nggak selalu punya uang untuk membelikan kemauan kamu” ya akhirnya nabung dong, kesekolah bawa bekel, pulang sekolah jalan kaki, demi bisa beli komik, tapi manfaatnya saya rasakan setelah bisa beli sesuatu yang diinginkan rasanya, ooh begini rasanya nggak punya uang? Ya dari situ saya mengerti hakikat uang itu nggak selalu membahagiakan


8.      Tidak langsung membelikan jika anak butuh sesuatu
Ini juga yang menjadi kesepakatan saya dan suami, kalau anak kepingin apa-apa jangan langsung dibelikan, masa bodo dia mau guling-guling di Mall, saya mah nggak malu tapi sejauh ini Naqib belum pernah guling-guling di Mall gara-gara ibunya nggak belikan dia sesuatu, yang paling banter ngambek atau cemberut. Fenomena anak suka guling-guling di Mall tentu saja salah orangtua di awal terhadap pola didikannya, kenapa terlalu memanjakan anak dengan beli ini beli itu, kan anak jadi ketagihan minta, akibatnya kalau dia nggak dituruti ya itu tadi, dia akan guling-guling nggak terima. Hal ini juga yang akan menyebabkan anak menjadi tidak peka terhadap kondisi keuangan orangtuanya

9.      Dibalik kesulitan jangan lupa ajarkan kebaikan
Tapi apakah saya menjadi anak yang pelit karena orangtua mengajarkan hidup hemat. Duh.. jujur gara-gara diajarkan hidup susah, saya selalu prihatin liat manusia-manusia yang kekurangan, ini serius loh, saya paling nggak bisa liat orang miskin, rasanya pingin saya kasih aja semua harta yang saya punya haha.. selain itu orangtua juga selalu mengajarkan, “Jangan pelit sama orang, sedekah nggak mengurangi harta yang kita punya” ya Alhamdulillah walaupun saya hemat tapi saya selalu ingat sesama.

Apakah Naqib suka jajan?
Oh iya, tapi nggak setiap hari, dalam hitungan hari paling 1x seminggu, dan saya tidak royal memberikannya uang, agar dia paham orangtuanya nggak selalu punya uang untuk memenuhi kebutuhannya, kalau kata suami "Biarin aja tega diawal, lama-lama dia akan terbiasa". Yang namanya anak-anak ngeliat coklat di warung ya kepengen juga, satu hal yang menjadi perjanjian, JANGAN JAJAN SAMA ABANG-ABANG, udah itu aja, kasian anak-anak, itu tuh udah bahannya ga jelas, cara masaknya ga jelas, tangan abangnya juga belum tentu bersih. Hiiiy...
Tapi sebab saya membiasakannya tidak mengenal uang dia jadi lebih mengerti kapan harus jajan, kapan harus nabung. Perjuangan saya tentunya belum apa-apanya, sebab sekolahnya pun masih sangat panjang, ada banyak godaan dari lingkungan yang akan membuat pola asuh saya bisa saja berubah. Apakah nantinya dia akan seperti ibunya yang rajin nabung atau sebaliknya. Pola didikan ini tentunya harus sinergi antara suami dan istri agar tujuan mendidik anak tidak terlalu hedon akan tercapai. Tapi di balik ini saya selalu memberikannya reward sebagai prestasi upayanya dalam hidup dalam kesederhanaan. Tenanglah, saya nggak pelit-pelit amat ke anak hihihi..

Perilaku berhutang, gemar mengoleksi barang tidak terpakai lalu dijual lagi, penggunaan kartu kredit dll, bergaya hidup mewah padahal hidup kekurangan, adalah perilaku yang sebetulnya secara tidak sadar telah kita tanamkan pada anak didik kita, dasarnya adalah perilaku hoby jajan ini ditanamkan jauh ketika anak baru mengenal uang. Sebetulnya tidak ada kata terlambat mumpung anak masih kecil, tinggal orangtua mau merubah kebiasaan ini apa tidak.

21 comments :

  1. menarik sekali tulisannya, bermanfaat bagi saya yang belum menikah ini

    ReplyDelete
  2. Noted banget sih bagi saya calon bapak hehe

    ReplyDelete
  3. dulu lagi anak masih kecil jarang jajan, dikasih duit buat jajan juga gak banyak dan mereka juga gak pernah meminta2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baguslah bu, anak saya dikasih duit malah dibuang :D

      Delete
  4. Waah penjelasannya lengkap banget mbaak.. suka banget. Tetapi masalah uang ini memang harus ditanamkan sejak dini. Biar bisa mengatur keuangan dengan baik di kemudian hari.

    ReplyDelete
  5. Anak bungsu saya yang masih SD nggak suka jajan karena nggak terbiasa saja. Sejak kecil sering saya bawakan bekal. Demikian juga kakak-kakaknya. Tapi kalau nggak bisa bikin bekal, saya kasih uang saku saja. Tapi sering kembali. Katanya lupa nggak beli jajan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, nggak makan dong. Mungkin karena terbiasa ngebekel kali ya...

      Delete
  6. Saya juga ditakuti saat jajan sembarangan da dampaknya sekarang setelah menikah ngak suka jajan. Luar biasa didiskan orangtua ya mbak. Oh iya benar banget hemat bukan berarti pelit, tak jajan saya lebih memilih buat di rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, saya juga nggak terlalu suka jajan, tap kalau lagi kepingin ya jajan juga sekedar nyicipin hehe nggak yg kecanduan bgt

      Delete
  7. aku termasuk yg lbh milih nyetok biskuit, susu, cemilan, es krim di rumah, hanya demi anak2 ga sering jajan. mnding mereka makan dr jajanan yg udh aku sediain dan aku tahu produknya bagus. tiap bulan sih aku ksh uang jajan ke babysitter mereka. tp udh dgn wanti2, uang itu hanya utk beli buku gambar, mainan, pensil warna ato buah. jd bukan makanan yg diragukan kebersigannya :D. untungnyaaaa anak2 memang ga suka jajan begitu. mrk ttp lbh seneng beli buku, maianan ato sekedar naik odong2 di deket rumah hahahaha. gpp lah.. yg ptg buatku bukan jajanan makanan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mba, didisiplinkan buat jajan itu memang efeknya luar biasa buat anak :)

      Delete
  8. Duh, jadi mikir ke dri sendiri juga suka ngajak ponakan kewarung.Secara gak langsung udah mengajakan dia baakal sering jajan nantinya.
    Emng ya sebagai orangtua harus ngasih contoh dan mengajarkan anak yang baik-baik sejak usia dini nya.

    ReplyDelete
  9. Anakku yg pertama juga dari kecil gak suka jajan pegang uang, sampe besar juga kalo dikasih uang disimpen, emaknya seneng deh. Eh beda banget sama adik2nya yg terkontaminasi anak tetangga yg rame doyan jajan 😐

    ReplyDelete
  10. Tulisan ini sangat menggugah saya mba. Baru sadar seperti ada yg salah dgn pola pengasuhan kami nih. Terlalu longgar soal jajan. Trims mba

    ReplyDelete
  11. Saya setuju dengan pendapat anda. Persis seperti yang saya lakukan kepada anak saya. Tidak pernaghh jajan sejak SD, dia selalu bawa bekal ke sekolah. Sarapan paginya selalu lengkap, nasi, sayur, dan lauk, dan cukup kenyang untuk tidak perlu jajan. Dia dapat uang jajan (ini uang untuk jaga-jaga kalau ada keperluan mendadak di sekolah), tapi semua uang jajannya dia simpan di celengan. Waktu gereja kami sedang membangun dia memberikan semua uang di celengannya untuk pembangunan gereja. Mau beli sesuatu barang, harus tabung dulu. Lebih suka makanan rumahan. Sekarang dia sementara kuliah S2. Belum bekerja secara full time, tapi secara part time memberi les kepada anak-anak kecil, dan tabungannya banyak sekali. Dan kita akan tuai apa yang kita tabur. Ada lagi yang saya lakukan, dan dia sangat berterima kasih akan hal itu, yaitu kebiasaan tidur siang sampai SMP. Tingginya 185 cm, padahal saya cuma 155 dan papanya 168. Menurutnya karena tidur siang (dia ada membaca artikel tentang itu). Dan saya tahu, itu juga karena makanan sehat yang selalu disiapkan di rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaah luar biasa, saya juga jadi kepingin anak yang begini, mama yg hebat :D

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)