Monday 28 October 2019

Kamu Pernah Naik Pesawat Perintis? Saya Pernah




Kamu pernah nggak ngerasain naik pesawat non-komersial? Alias penerbangan yang tidak banyak mempromosikan pesawatnya karena maksud tertentu dan biasanya tidak untuk penerbangan umum. Jadi pesawatnya ini hanya pergi ke satu tempat saja atau beberapa tempat dalam wilayah daerah itu, tidak untuk penerbangan keluar daerah. Tiketnya pun nggak dijual di situs booking online, melainkan di travel-travel agent yang terdapat di kota tersebut.

Saya pernah waktu mau pergi ke Banda, saya naik pesawat NBA (Nusantara Buana Air), konon katanya ini pesawat yang hanya melayani penerbangan di Sumatra wilayah Medan sampai Aceh tapi kenapa ada di Maluku? Ah sudahlah, mungkin di Sumatra udah nggak kepake lagi jadi dioper ke Maluku untuk penerbangan dekat-dekat Ambon seperti Banda dan sekitarnya. *tapi ya kalau mau ke pulau Buru pesawatnya lebih besar, karena ke Buru itu jauh gaes..*

tunggu dulu gaes



Hari itu pas ulang tahun saya 1 Juni di tanggal 2011 kalau tidak salah, saya akan traveling ke Banda dengan 3 orang teman suami, Mas Topan, Teh Ambar dan Chandra. Cuaca Ambon yang hujan terus menerus membuat saya merasa agak ngeri terbang. Soalnya hujan di Ambon itu debit airnya 2x lebih deras dari Jakarta dan sekitarnya, ngeri dah pokoknya, bahkan saya merasa kalau musim hujan, Ambon itu dinginnya nggak ketulungan. Laaah wong, dinding rumah aja sampai lembab sangking dinginnya. Ya, hari itu mendung tapi bismillah aja kami berangkat, tapi tetep saya meyakinkan paksu, “Ini bener mau berangkat?”. Karena pakai pesawat non komersial bisa dipastikan penumpang yang naik ya sedikit, saya ingat saat itu penerbangan ke Banda hanya 3x seminggu, sangat jarang yang mau ke Banda (sebelum akhirnya tempat itu menjadi buruan turis wisatawan, gara-gara film Banda The Dark Forgotten Trail semuanya jadi pada pengen liat Banda), bangkunya pun nggak kurang dari 25 seat, sangat sempit, nggak bisa selonjoran, dan kayak bangku besi dilapis kain tapi tetep empuk, jangan bayangin kursi pesawat pada umumnya dah, dan di dalam pesawat itu pengap banget haha.. berasa di oven diatas penerbangan. jangan pula bayangin ada pramugari yang cantik-cantik dan seksi-seksi, yang nemenin kita hanya 2 orang Pilot, Co-Pilot dan kalau nggak salah ada 2 orang pramugara yang tua-tua. Saya lupa pasti saat itu kami diberi makan apa nggak ya, kayaknya nggak deh lupa.

susunan jendelanya bikin emosi jiwa :D


Karena pesawat non komersial, kami dijemput dengan mobil khusus dari ruang tunggu ke landasan pesawat, bwaah berasa pejabat penting, berlima kita naik mobil khusus ditengah hujan deras kota Ambon. Dalam hati sih mikir, kenapa naik mobil, bukan jalan kaki atau naik bus khusus bandara, eh ternyata lokasi pesawat ini letaknya agak jauh dari parkiran pesawat komersial. Dalam ekspektasi pikiran saya, wah ini kayaknya naik pesawat biasa deh eh jeng..jeng pas lihat pesawatnya, Astagaaaaa nagaa, kecil banget. Masuk ke dalam pesawatnya pun dengan menunduk, kalau nggak mau kehantup atap pesawat, hhhh…

ruang kemudi bapa pilot

Karena belum banyak yang tau kota Banda, yang naik pesawat tersebut tidak banyak, bangku-bangku pun nggak semua terisi. Tapi ada beberapa penumpang yang nemenin kami sih, yang jelas nggak terlalu banyak.Saat pesawat lepas landas saya merasa nyawa saya ketinggalan di darat, ya ampun berasa horor banget, nah, karena pesawatnya kecil jadi otomatis suara pesawat kedengeran berisik sekali campur dengan suara hujan, bahkan ngomong dengan suami yang duduknya disebelah pun saya sampai teriak-teriak. “Haaah.. iya.. apaaa??” nggak nyambung pokoknya hhhh… kocak
Perjalanan kami saat itu memakan waktu satu jam, tapi berasa satu tahun sangking horornya, ya gimana nggak horor, saat itu kan cuaca buruk, tambah angin pulak, saat itu saya merasa digoyang-goyang kayak naik komidi putar. Sangking kecilnya pesawat kami, ruang kemudi pak pilot aja kelihatan, ruang itu hanya dipisahkan dengan gorden, kita bisa lihat bagaimana pak pilot bekerja ketika gorden disibak. Bahkan sangking santuynya penerbangan ini, pak pilot bisa nangkringin tangannya kayak supir bus, kalo bisa selfie, selfie deh itu si pak Pilot hhhh…

Banda dari kejauhan


Dari balik tempat duduk saya hanya memegang tangan paksu sangking takutnya, sementara wiper pada kaca jendela pesawat terus digerakkan, karena hujan terus datang. Ketika pesawat hampir sampai, saya merasakan hujan mereda, oh rupanya Banda sudah tidak masuk musim penghujan, cuacanya sangat cerah, berbanding terbalik dengan Ambon yang hujan deras tanpa jeda. Tapi kacaunya, malah anginnya bertiup makin kencang membuat pesawat tak jelas rimbanya. Pulau Banda sudah terlihat, pertaruhan antara hidup dan mati pun saya tak tahu, tapi Alhamdulillah akhirnya pesawat mendarat dengan selamat di Banda Naira, fiuhhh…

8 comments :

  1. Saya belum pernah nih Mbak hehe, jadi ingin nyobain juga .

    ReplyDelete
  2. Wah, kelihatannya seru banget ya Mbak heheh, ingin ngerasain juga nih.

    ReplyDelete
  3. Saya malah belum pernah naik pesawat sama sekali Mbak heheh, sebenarnya sih ingin nyobain tapi masih takut hehe.

    ReplyDelete
  4. Pasti seru banget ya Mbak hehe, penumpangnya pun juga tidak terlalu banyak gitu.

    ReplyDelete
  5. Keren banget ya Mbak, dijemput dengan mobil khusus juga nih jadi berasa orang penting hehe.

    ReplyDelete
  6. Saya jadi ingin nyobain gimana rasanya naik pesawat perintis ini nih Mbak hehe.

    ReplyDelete
  7. Belum pernaah.. trus baca cerita mba amanda malah ikut deg2an sendiri, kebayang ujan2 goyang2 n berisiknya 😆

    ReplyDelete
  8. Seru kayaknya ya kak naik pesawat perintisnya.. tapi kayaknya aku ga berani coba.. hehe..

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)