Sunday 18 February 2018

Sejarah Kelam Banda Naira


 Ada dua Banda di Indonesia, Banda Aceh dan Banda Naira. Banda Naira adalah sebuah kepulauan kecil yang terletak di kepulauan Maluku Tengah. Jika ingin mengunjungi pulau ini ada penerbangan dengan pesawat perintis 3 hari sekali (45 menit), dan kapal besar seminggu sekali (8 jam). Tapi sekarang, ketika intensitas kunjungan wisatawan semakin tinggi, katanya ada kapal cepat setiap hari menuju banda. Dulu sewaktu kami liburan, ya kapal besar adanya seminggu sekali, jadi kira-kira kami seminggu ada di Banda, pergi naik pesawat dan pulang naik kapal. Jangan tanya kerjaan suami-suami kami yang bolos terlalu lama hehe.. lah wong bosnya juga lagi dinas :D


Banda adalah pulau bersejarah yang punya banyak kisah kelam, Belanda datang kemari karena mengendus keberadaan rempah-rempah yang saat itu bernilai tinggi yang jika dijual harganya lebih tinggi daripada emas. Rempah-rempah sangat diincar, karena dapat menghangatkan badan, membuat awet benda dan tentunya masakan akan lebih nikmat menggunakan rempah-rempah. Karena itulah VOC rela berlayar jauh-jauh sampai kemari bertaruh dengan Inggris dan Portugis memperebutkan benda tersebut dari tangan rakyat-rakyat Banda.


Setelah kalian baca pada post sebelumnya yang bisa dibaca disini, kami melanjutkan perjalanan kembali menyusuri kota Banda yang kecil tapi sejuk. Benteng Nassau yang kelam hanya kami lalui begitu saja, tidak ada info sejarah, tidak ada keterangan apapun, hanya benteng kokoh yang seolah bicara, “Kami dulu menangis melihat saudara-saudara kami dipenggal, dicincang dan isi perut mereka dipamerkan di tengah kota”, brr… saya nggak bisa membayangkan jika saya ada di zaman itu. Mengerikan sekali kekejaman Belanda.

bentengnya nggak tapi keliatan karena tertutup tumbuhan perdu, foto by :Chandra KW

Puas menyusuri Benteng Nassau, kami keluar dan melihat sebuah Gereja Tua (Hollandische Kerk) kokoh berdiri. Gereja tua ini berdiri membelakangi indahnya Gunung Api Banda. Hollandische kerk dibangun pada tanggal 20 April 1873, dan diresmikan dua tahun kemudian pada tanggal 23 Mei 1875 oleh dua orang Misionaris Maurits Lantzius dan John Hoeke. Gereja tua ini dibangun di atas tiga puluh batu nisan prajurit-prajurit Belanda dalam perang menaklukan Banda. Maka jika kamu memasuki dalam gereja, akan tampak terlihat nisan-nisan berbahasa Belanda di tengah-tengah ruang. Kok horor ya ada kuburan di tengah-tengah bangunan he.. :D
Konon katanya, masih terdapat alkitab yang berasal dari abad ke-18. Dulu saat gempa bumi hebat, gereja ini sempat hancur sedikit dan kemudian terjadi renovasi tanpa mengurangi bentuk gereja aslinya. Gereja tua ini masih bisa digunakan masyarakat Banda yang beragama nasrani untuk ibadah minggu atau acara-acara keagamaan, sayang saat kami kesana pintunya digembok, padahal kami ingin sekali lihat lonceng tua yang katanya hanya ada 4 buah di dunia, salah satunya terdapat di Banda.

ditutup T_T.. jd ga bisa lihat isinya, foto by : Chandra kw


Tidak jauh dari Gereja Tua Banda, kami melewati sedikit pemukiman penduduk dan Benteng termegah di kota Banda yang masih kokoh berdiri, Belgica namanya. Sayang tempat ini masih terkunci dan kami tidak dapat masuk ke dalam, ya sudahlah masih ada hari esok, masih ada waktu untuk liburan :D
Kemudian kaki kami melanjutkan perjalanan melihat rumah pengasingan bung Hatta, yaa.. bung Hatta wakil presiden kita itu pernah diasingkan oleh Belanda di sini. Tidak tanggung-tanggung, pak Hatta dan ketiga temannya ramai-ramai diasingkan Belanda ke sini, sebut saja Tuan Sjahrir, Iwa Kusuma Soemantri, Dr. Tjipto Mangunkusumo. Sebenernya ada museum peninggalan rumah sahabat pak Hatta, sayang sepertinya waktu tak sempat membawa kami mengunjunginya.

boleh jadi murid kan?? Foto by : Chandra kw

Rumah pak Hatta sebelum direnovasi dulunya sangat tidak manusiawi, dan sangat tidak layak tinggal. Cerita ini tertutur dari mulut ibu Ema yang kini mengurus kediaman almarhum, ibu Ema adalah sepupu pak Des Alwi, mantan murid kesayangan pak Hatta semasa tinggal di Banda. Sepeninggal pak Hatta, pak Deslah yang mengurus semua hal yang berhubungan dengan perawatan peninggalan Belanda di Banda.

nona ada biking apa e?? foto by : Chandra kw


Di rumah pak Hatta, kami bisa melihat banyak peninggalan pak Hatta yang masih sangat terawat, ada foto-foto pak Hatta dengan masyarakat Banda, foto keluarga mereka, buku-buku beliau yang berdebu dan banyak lagi. Ruang tamu, ruang tidur pun masih tampak. Di area belakang terdapat bangku dan beberapa meja serta papan tulis rapi berjejer, tempat ini dulunya digunakan pak Hatta untuk mengajar anak-anak Banda demi memanfaatkan waktu luang selama di Banda.
Btw, di kota Banda kamu akan menemukan banyak sekali papan bertuliskan ‘Situs Sejarah, Jangan Merusak Atau Mengotori’, hampir disetiap sudut kamu akan menemukan ini di kota Banda, sangking betapa bersejarahnya kota ini. dan hampir semua bangunannya menjadi saksi bisu kekejaman Belanda terhadap masyarakat Banda.


Rasa penasaran betul-betul menggelayut, selepas kerumah pengasingan Pak Hatta kami balik lagi ke Benteng Belgica, tapi sayang benteng masih tutup huhuhu.., tidak mengapa tidak bisa masuk yang penting kami kebagian foto di depan benteng *segitunya ya* Benteng Belgica ini sangat indah, terawat, banyak tumbuhan perdu dan bunga-bunga tumbuh dengan rapi di sekelilingnya. Tampak Benteng Nassau diam, membisu berdiri berhadapan dengan Benteng Belgica. Konon katanya, terdapat jalan di tengah Benteng yang akan tersambung dengan Benteng Nassau ini, tapi karena kami belum bisa masuk yaa…belum bisa membuktikan hal ini.

kasian deh cuma bisa fotodi terasnya doang wkwk... foto by : Chandra kw

Siang yang lapar, kami kembali bersantap siang di Delfika. Beberapa turis hilir mudik memasuki penginapan yang selalu penuh ini, tua-muda, berwajah Asia hingga Eropa. Rasanya kok malu ya, bangsa lain sudah tau keberaaan Banda sedangkan saya sendiri orang lokal malah nggak tau Banda Naira dimana. T_T
Banyak spot menarik di kota Banda, tak asing jika menyusuri jalanannya, kamu akan melihat beberapa meriam yang masih teronggok di pinggir jalan. Ini hanya membuktikan betapa VOC sangat ingin menguasai Banda. Selesai bersantap siang dan puas menyantap menu di Delfika, kami melanjutkan langkah kaki kembali melihat sejarah lain di kota Banda yaitu Rumah Budaya Banda Naira. Letaknya tepat di depan penginapan Delfika. Di tempat ini kita bisa melihat banyak peninggalan Belanda , seperti piringan tua, porselen tua, mata uang kuno dimana masih terdapatnya uang berbentuk nugget, guci-guci dan banyak lainnya. Disini juga kita bisa lihat diorama pembunuhan berencana Belanda terhadap masyarakat Banda, mengerikan T_T
 
muka su lela kapa e :D, foto by : chandra kw

Lelah
Rasanya enak ya hidup begini, pagi bangun disambut hamparan laut biru, pemandangan segar, sarapan disajikan, jalan-jalan, capek tinggal pulang, tidur, begini saja kehidupan kami beberapa hari kedepan di Banda. Termasuk hari ini, setelah lelah mengelilingi pulau Banda dan mulai melihat ada apa saja yang terdapat di Banda kami kembali ke penginapan untuk tidur siang, lebih tepatnya saya mulai mencuci pakaian dalam wkwk.. mumpung air gratis dan disediakan jemuran disini. Dasar emak ya, mau liburan jauh kemana juga tetep aja mikir kerjaan rumah :D
Malam harinya, kami menyantap durian dengan kalap, ada durian murah yang dijual di kota, kami membeli 4 buah, maklum durian di Maluku ini murah-murah, bentuknya memang kecil, tapi rasanya tidak kalah lezat dengan yang terdapat di Jawa sana. Malam dingin menyambut kami untuk kembali ke peraduan, lelap bersama cerita-cerita penjajah.


3 Juni
Pagi hari di Banda, setelah dua hari kemarin cuaca panas terik, baru hari ini terasa sejuk. Mendung menggelayut di Banda, tapi rupanya enggan menurunkan hujan. Kami memutuskan berkeliling Banda dan pergi ke tempat yang lain, masih ada dua hari kedepan untuk menuntaskan dahaga mengetahui seperti apa Banda ini dulu.
Ketika kamu berada di Banda, jangan heran jika banyak papan bertuliskan ‘Milik Negara, Dilarang Merusak Atau Mengotori Tempat Ini’ kira-kira begitu tulisannya, karena setelah ditelusuri memang bangunan di Banda ini banyak yang mengandung historis kejayaan Belanda dulu, pokoknya jangan kaget ketika kamu datang ke sebuah tempat, eh ternyata milik pemerintah. Seperti sebuah tempat yang kami kunjungi ini, tempat bernama ‘Istana mini’ tempat ini dulunya sebuah istana tempat Gubernur Belanda bekerja. Waktu kami kesana, tempatnya sepi, tidak ada yang menjaga jadi ada rasa-rasa horor gitu masuk ke bagian belakang Istana yang terdapat banyak ruang dan sebuah sumur, mungkin ruang-ruang itu tempat para ajudan Gubernur bekerja dulunya. 

Maklum nggak punya tripod wkwk, jadi kamera ditarok aja dilantai, foto by : Chandra kw

Istana mini ini bentuk depannya semacam istana pada umumnya, ada pilar-pilar tinggi yang menopang depan istana namun terlihat lebih kecil ukuran bangunannya. Karena tidak bisa melihat isi bangunan, kami memutuskan untuk pulang saja dan menjelajah tempat yang lain. Mendung masih menggelayut di Banda, disertai angin yang agak sedikit berisik, walaupun disertai gerimis tak jelas kami tetap melanjutkan perjalanan. Oh ya perjalanan pun berlanjut ke sebuah tempat yang katanya dulu tempat ini merupakan dermaga dimana kapal-kapal besar Belanda berlabuh, entah apa nama lokassinya, saya lupa. Ya maklum pasalnya ini perjalanan 6 tahun lalu he… disini kami bisa melihat dengan jelas Gunung Api Banda berdiri dengan sangat kokoh dengan kapal-kapal kecil hilir mudik di depannya, sungguh duduk di tepian pantai seperti ini sambil menyaksikan gunung yang kokoh adalah pemandangan yang luaaar biasa. Nikmat manakah yang kau dustakan, hilang penat, resah gelisah dan gundah gulana. Tetapi rupanya hujan tak tahan diam lama-lama di dalam awan, ia kemudian tumpah tanpa ampun dan kami berlari mencari perlindungan dengan terbirit-birit he… :p, kasian si Teteh yang lagi hamil 5 bulan harus rela-rela lari sambil bawa perut :(

tak selamanya mendung itu kelabu hehe, foto by : Chandra kw


Snorkeling, yeaaay!!
Karena ini hari jumat, dimana hari berlalu dengan sangat pendek. Maka kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, agar yang laki-laki bisa dengan mudah shalat jumat tanpa harus pergi terburu-buru. Shalat Jum’at ini akan dilaksanakan di Masjid Jami Hatta-Sjahrir, dinamakan demikian karena dulunya masjid ini didirikan oleh masyarakat Banda untuk mengenang keberadaan pak Hatta di tanah Banda. 

Sepulang jumatan, Foto by : Chandra KW
Tapi coba ya, bapak-bapak ini shalat jum’at aja lamaaaa banget, rupanya mereka berkeliling dulu setelah jumatan, tidak puas sampai di situ setelah shalat jum’at mereka berkeliling mencari makam Des Alwi, seorang murid pak Hatta yang sempat menjaga budaya Banda, mereka mau ziarah katanya. Lalu entah kemana lagi mereka pergi, secara saya lelah dan rasanya lamaaa tidur siang hari itu. Bangun-bangun teh Ambar bilang, “Ayo senorkelingan neng”
“Dimana?”
“Ikut aja ayooo”
Kemudian kami turun, karena sebuah kapal motor sudah menunggu kami di belakang penginapan. Brr… sore-sore berenang :D, pasti pengen lihat bagaimana pesona underwater Banda? Tunggu post selanjutnya ya , bhay…


(to be continued)

nb : Danke banya lai Chandra atas foto2nya, untung kamera ente keren, jadi banyak moment yg nggak luput dari lensamu :)

20 comments :

  1. Wah jadi tahu tentang sejarahnya banda naira, thanks for share mba :D

    ReplyDelete
  2. Seru sekali ya mbak, traveling sambil belajar sejarah. 😄

    ReplyDelete
  3. banyak sejarah di sana , dan indah pemandangannya

    ReplyDelete
  4. Ah menyenangkan sekali mbak Manda. Saya paling senang belajar sejarah waktu masih sekolah dan Banda Naira selalu menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia. Di tunggu lanjutan kisahnya..

    ReplyDelete
  5. Bangunan bangunan sejarahnya masih terawat dengan baik. Pulau bersejarah pengen rasanya ke sana

    ReplyDelete
  6. Seru, nih, belajar sejarah langsung melihat sumbernya, nice

    ReplyDelete
  7. Waaah.... keragaman indonesia, saya baru tahu ternyata ada juga banda nira. ����
    Dan lebih mencengangkan lagi, ternyata disana menjadi saksi sejarah perjuangan Indonesia...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukur mampir ke mari ya mas, jadi lebih tau Banda

      Delete
  8. Setiap teringat atau ada yang menyebut Banda Neira, saya selalu teringat dengan Bung Hatta, proklamator dan wakil presiden pertama Indonesia yang dibuang ke Banda Neira.

    Tapi di kampung saya banyak Banda lho!
    Nggak percaya? Silakan berkunjung...

    ReplyDelete
  9. Pernah nonton acara tv dokumentasi gitu ttg Banda. Pulau kecil yang jadi penghasil rempah makanya diperebutkan banget. Ternyata serem ya buat penduduk lokal jaman dulu. Smpe pada dibantai

    ReplyDelete
  10. Tau Banda Naira dari jaman kecil tau namanya tapi ga Tau isi sejarahnya kaya gmn ? Akhirnya tau juga kalo sejarahnya kaya gini. Jadi tambah wawasan ��

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)