Thursday 18 April 2019

Sexy Killers, Siapa Pembunuh Sebenarnya?



Bener kata temen saya, orang yg nalarnya nggak nyampe ibarat komputer masih seleron jangan sekali-kali nonton film ini. Karena pikirannya jadi kemana-mana dan semakin eneg buat tinggal di Indonesia. Nggak hanya itu, bisa banget terindikasi kepingin golput, dan berfikir sempit, nggak A.. nggak B ternyata kepentingannya sama. Sebuah film dokumenter garapan Watchdog ini sukses menyita 5 juta penonton. *Dilan kalah ga sih 😁?
Dan yang bikin saya bingung, kenapa juga diputer beberapa hari menjelang pemilu? Maksudnya apa coba? Ini bikin orang yg bingung menentukan pilihan semakin bingung ingin pilih siapa, sebab pilih si bapak XYZ dia yang suka meresmikan, pilih si ABC dia punya perusahaan banyak ditambah wakilnya punya saham dimana-mana sudah pasti kalau si bapak ABC yang jadi presiden semakin leluasalah dia dengan perusahaan tambangnya, ibarat kamu ada di jalan yg sempit trus terhalang tembok tinggi lagi dikejar pembunuh nih, maju dibunuh, mundur naik tembok nggak bisa.

baca juga : hidup kudu bahagia

Sexy Killers diawali dengan pengantin baru yang sedang berbulan madu, tapi sebetulnya bukan itu yang menjadi perhatian saya, tapi ketika si suami membuka kulkas, menyalakan TV, membuka laptop, si istri mengeringkan rambut terpampanglah jumlah WATT yang terbuang, saya jadi teringat suka membuang listrik untuk hal-hal nggak jelas, misal lupa matiin lampu, karena apa yang menjadi kelakuan saya hari ini ternyata salah satunya dapat merugikan orang-orang yang tinggal dekat lokasi tambang, bahkan derah PLTU itu sendiri T_T.

masyarakat yang menjadi korban, sumber dari sc film

Setelahnya di paparkan semua hal yang terjadi bagaimana bahan tambang berupa batu bara ini dihasilkan dan menjadi modal bahan bakar PLTU, yang kemudian PLTU ini bisa mengolah batu bara menjadi listrik yang mengaliri hingga kerumah-rumah warga di seluruh Indonesia. Tidak sampai disitu dipaparkan pula, bagaimana warga yang tinggal di daerah tambang merasa sangat dirugikan, sebab lokasi penambangan yang sudah tidak terpakai lagi tidak dialihfungsikan lahannya, misal direklamasi lagi tanahnya atau diberi peringatan bahwa lahan tersebut berbahaya, hingga banyak yang menjadikan tempat galian itu semacam tempat hiburan sampai memakan korban, rumah-rumah warga juga banyak yang rusak akibat pergeseran tanah

baca juga : banjir? salah siapa?

Dipaparkan pula warga-warga yang tinggal di dekat lokasi PLTU mengalami gangguan sesak napas hingga mengalami kanker. Sebab debu sisa pembakaran, menempel di rumah-rumah penduduk. Selepas memaparkan kerugian-kerugian yang dialami banyak pihak termasuk terumbu karang yang rusak di Karimun Jawa akibat kapal-kapal tongkang yang lewat, tergambar dan dijelaskan dengan secara gamblang, siapa-siapa saja pemilik modal dan pengusaha tambang yang berada di antara kedua kubu capres Jokowi-Prabowo, kedua kubu ini masing-masing kebagian sebagai pemegang modal, bahkan kalau saya bilang dalam diagram itu tergambar kalau kedua kubu seperti bekerja sama :D, pasalnya antara satu orang terkait dengan yang lainnya, kalau nggak percaya nonton aja filmnya.

hahah... kecil ya nama-namanya ga keliatan :D sumber : film tersebut

Tapi yang menjadi pikiran saya, kenapa juga seperti seolah menelanjangi kedua kubu, mentang-mentang jaman pemilu, kenapa nggak dipaparkan pemilik PLTU siapa dari awal dan kemudian diamanahi kepada siapa, dan berakhir ke siapa. *kalau kayak gitu filmnya jadi panjang kali Nda T_T*. Dengan adanya dokumentasi secara gamblang dan menjelaskan siapa-siapa saja pemilik modalnya, membuat orang-orang jadi mikir kan, laah ini kok jadi semacam koalisi, dikirain mereka berdua ribut ternyata bekerja sama. Yang ribut bukannya pendukungnya ya? Kemudian banyak yang males nyoblos, dikirain keduanya bersaing ternyata saling bekerja sama. Tapi menurut teman saya yang mengerti prosedur penambangan, tambang yang legal nggak akan semena-mena sama warga, ya liat aja gimana majunya Kaltara saat ini, yang semena-mena itu bisa jadi yang illegal. Jadi dalam film ini nggak semua bener, jangan ditelan bulat-bulat :D, yang harus kamu telan bulat-bulat itu adalah dampak dari kerusakan alam itu sendiri, dan mulai sadar pake listrik yang hemat.
Saya kasih tau sini, PLTU itu sudah ada di Indonesia sejak tahun 1962, jadi di tahun itu calon presiden sekarang mungkin lagi main gundu di kampung, belum ngerti apa-apa, apalagi menentukan kebijakan tarif dasar listrik, ada kali presiden yang sebelum-sebelum ini yang ngerti, capres-capres sekarang kan hanya meneruskan kebijakan tahun-tahun sebelumnya. Indonesia nggak dimulai dari jaman Jokowi doang kan?

ditegur greenpeace, sumber : film tersebut :p

Ya bahan tambang semakin dieksploitasi apalagi semakin sedikit akan semakin mahal harganya, nggak heran klo TDL trus naik. Sekali lagi kalo masih membandingkan jaman ini sama jamannya pak Harto ya kok aneh. Bahan tambang nggak bisa diperbaharui, cara berfikir kita yang harus diperbaharui. Jaman pak Harto mungkin batu bara masih banyak, setelah puluhan tahun apa jumlahnya masih sama? Kan enggak, apalagi masyarakat semakin banyak. Meen... Ini kebutuhan listrik pasti meningkat dratis.
Jadi sebenernya kedua capres kita itu sama saja, lah ya wong mereka menikmati hasil bersama kok, nggak ada yang lebih, nggak ada yg tersaingi, mereka bekerja sama yang jelas, lihat diagram yang ada dalam film 'Sexy Killers' diatas, nggak ada lawan kan? Semuanya berkawan, masyarakatnya malah yang berlawanan dan bermusuhan wkwk. Dan yang jelas siapapun presidennya, nggak akan bisa menurunkan harga listrik karena semakin banyaknya penduduk, kebutuhan listrik semakin besar, lahan semakin terkeruk dan semakin banyak memakan korban jiwa. Apa ga kasian sama mereka-mereka?

baca juga : w.a juga bisa di hack gengs!

Kamu tau nggak? Waktu saya tinggal di Ambon, mati lampu seminggu bisa 3-4x dengan durasi 8-10 jam. Di pelosok Maluku, mati lampu bisa seharian (katakanlah di Seram) jam 6 pagi mati jam 6 sore baru nyala. Sedap kan? Ini tahun dimana listrik udah dimana-mana loh.
Itu baru di Maluku, waktu saya tinggal di Balikpapan, dari saya SD kelas 4  di tahun 1994 (bayangin SD) mati lampu sudah makanan hari-hari, padahal Balikpapan itu kota minyak, dekat sama Bontang, mau minta batu bara tinggal lempar, gila ga sering banget mati lampu. Di Sumatra tepatnya Aceh, mati lampu juga nggak kenal jam, begitu juga di daerah-daerah di tanah air. Innalillahi nggak, jaman saya SD apa Jokowi sudah jadi presiden? Apa Prabowo sudah bikin rencana menurunkan TDL, enggak! Yang ada mereka masih bekerja di perusahaan masing-masing *mungkin juga masih belajar*. nggak ada mikirin rakyat. Mati lampu sudah nggak kenal jam lagi jaman saya SD..
Itu demi apa? Demi Ibukota. Saya rasa agar Ibukota tetap dinilai baik oleh negara lain
Di Ibukota saya nggak pernah merasakan mati lampu, dalam seminggu listrik bisa saya konsumsi sepanjang hari dengan sepuas-puasnya tanpa mati lampu semenit pun. Tapi orang-orang Ibukota ga berhenti mengeluh, "Gila, listrik mahal, gila mati lampu 30 menit, gila anu.. anu.." astaghfirullah, dan lihatlah gemerlapnya ibukota. Luar biasa, saya kadang membayangkan waktu masih tinggal di Ambon, bagaimana jika orang-orang yang di Jakarta itu tinggal di daerah kami yang mati lampunya sampai setengah hari? Mungkin akan sepanjang hari mengeluh presidennya kurang ajar ga berpihak sama rakyat, ga ngerti kebutuhan banyak, padahal ga sesederhana itu permasalahnya gengs.. ini harusnya Ibukota lebih ngalah sama anak-anaknya loh ya, eh malah nyala tiap hari. Bahkan bisa pakai listrik dengan semena-mena dan kepingin banget harga listrik turun. *pengen ngomong kasar tapi takut dosa*
Dari jaman nenek moyang sampai saat ini kita memang nggak bisa terlepas dari batu bara sebagai penggerak listrik tanah air. Mau nggak pake batu bara? Boleeeh.. tapi nggak ada listrik, pilihannya itu aja. Simpel kan? Yang bisa kita lakukan hanya 'Menghemat' atau melakukan 'Energi terbarukan' menggantikan batu bara dengan tenaga 'Listrik, Angin, Udara' bahkan ada energi sampah yang bisa menggerakkan listrik. Siap atau tidak siap kita harus menyiapkan dana lebih besar lagi untuk mendapatkan pasokan listrik, nggak bisa kita terus-terusaan mengeluh listrik mahal. Karena emang energi dalam perut bumi sudah semakin menipis.

baca juga : ayo menabung!

Atau berfikir, "Pemerintah ga berpihak rakyat, karena harga listrik makin mahal", Ya mikir aja, yang namanya bahan tambang kalo dikeruk terus lama-lama bakalan abis, klo nggak diganti energi baru ya selesai. Saya rasa pemerintah pasti stressnya bukan main memikirkan kelakuan masyarakatnya yang nggak ngerti bahwa listrik hanya bisa dinikmati melalui proses pembakaran batu bara lewat PLTU, dan batu bara hanya bisa diambil dari dalam perut bumi, dan kalau batu bara habis ya pakai sumber tenaga lain yang harganya lebih mahal. Pemerintah pasti pusing mikirin kudu bikin tarif berapa dari SDA yang lain. Anu pak.. saya sarankan, bagaimana kalau bapak membuat PLTB alias Pembangkit Listrik Tenaga Bacot,  sayang aja kalau energi warga Indonesia kebuang sia-sia.

Terkait film yang mendongkrak sisi buruk dua capres
Itu baru bahan tambang, di Indonesia ini ada banyak hal yang bisa dieksploitasi misal emas, minyak bumi, hutan, hasil laut dll hanya saja kita nggak tau. Dan hanya memandang persoalan batu bara saja dalam memilih presiden rasanya nggak cukup mewakili semuanya..
Di Indonesia ini dilihat dari sumber daya alam yang sangat melimpah kita nggak bisa menutup mata, karena banyak pihak yang mengutamakan kepentingan. Misal : kalo si xyz jadi Presiden maka dia akan punya kuasa lebih besar terhadap apa yg terdapat di bumi, atau kalau si yxz jadi Presiden dia akan meminta tolong xyz untuk melancarkan apa yang menjadi kepentingannya. Atau kalo presidennya nggak punya kuasa, bawahannya yang bisa aja nggak baik. Ingat loh, ciptaan Tuhan itu nggak semua baik, mereka ada yang punya sifat-sifat jahat juga.

baca juga : berapa gaji blogger?

Selama masih di negara kaya, kita nggak akan benar-benar bisa melihat mana orang yang memiliki kepentingan, mana yang nggak. Karena semuanya kasat mata, kita nggak bisa melihat hanya tampilan luarnya aja. Yang bisa kita lakukan hanya pasrah dan memohon karunia keberkahan untuk bangsa ini agar tidak semakin banyak orang yang mengeksploitasi SDA yang melimpah ini dengan semena-mena, semoga SDA kita berada di tangan orang-orang yang jujur dan amanah. Kita bantu Presidennya dengan nggak banyak ngeluh, karena saya rasa Presiden itu berupaya menyesuaikan TDL kan, tapi ya gimana SDAnya makin lama makin abis. Soo... menurut ngana, pembunuh sebenarnya siapakah? Masyarakat yang pakai lstrik semena-mena tapi kepingin harga listrik murah, para pemangku kepentingan, atau pemilik tambang Ilegal? Allahuallam....

Dari emak, yang kemudian sadar listrik..

15 comments :

  1. Aaah awesome. Terima kasih Mbak Manda tulisannya. Nampar aku banget yang selama ini masih boros listrik dan suka ngeluh :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. manusiawi ngeluh, secara kita sudah terbiasa pake listrik 24 jam

      Delete
  2. wah artikelnya padat informasi sekali, dan gaya penulisannya membuat saya jadi nyaman membacanya...

    ReplyDelete
  3. Waw ditulis di sini, kayaknya kemarin2 lihat di statusnya aja :)
    Kalau saya gak bisa mengalahkan para golputer, banyak juga mereka yg sebenarnya ideologis dan masih mendukung kerja pemerintah, selama itu baik.

    Karena sexy killers sebelum ramai sudah jadi tontonan dan diskusi di tempat saya (Balikpapan) ya mudah2an dengan ramainya ini bisa membuka mata semua pihak, termasuk saya pribadi. Semoga ada solusi bagi kita semua : ya masyarakatnya, ya pemerintahnya. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. dr jaman saya SD juga sdh membahas ini mba sama orangtua, kenapa kok Balikpapan kota minyak sering banget mati lampu :D

      Delete
  4. ooh jadi itu toh inti dari film sexy killers yang lagi hits. Soal kebutuhan listrik memang perlu diakui semakin hari makin meningkat. di Bengkulu juga sering mati listrik. yang terparah sampai seharian dan itu kalaupun nyala tegangan gak stabil. banyak yg ngeluh alat elektroniknya rusak. tapi sekarang udah gak lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah klo udh ga lagi, klo di Ambon masih sering mati lampu :D

      Delete
  5. Watchdog emang paling handal kl bikin dokumentry film. Aku prh mmpir ke kantor mereka hnya dr rumahan loh ngeditnya. Hasil2 feature mereka bnyak tayang di kompas tv

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa banget ya, dr rumahan bisa ngedit sedemikian rupa :D

      Delete
  6. Bontang kelahiranku disebut mbak, jadi gede kepala saya kwkwk :D

    ReplyDelete
  7. Woa dapet insight baru nih kaka, makasih ya jadi semakin prihatin aja nih sama teman2 di tempat terpencil. Emang di Karimun Jawa siang gada listrik kak, aku pernah kesana ngga tau nih sekarang, heran negara kaya tapi sdm. Nya kurang huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. padahal daerah wisata ya, tapi ga ada listrik piye :(

      Delete
  8. Aku belom nonton sama sekali, baru dengar aja, banyak yg bilang film ini bikin golput,

    Jadi penasaan

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)