Friday 11 August 2017

Mengenal Srikandi Dari Timur Christina Martha Tiahahu


Karena lamanya penjajah datang ke Indonesia, hal ini membuat pejuang-pejuang kita bermunculan dari seluruh pelosok negri, mempertahankan tanah air tercinta agar tidak jatuh ke tangan penjajah, bangga? Sangat! MERDEKA.
Pejuang Indonesia nggak pernah mengenal jenis kelamin, mau laki atau perempuan semuanya turun dan bersatu padu memperjuangkan kemerdekaan. Sudah selayaknya sebagai orang yang sudah merdeka kita jangan melupakan pengorbanan mereka terhadap bangsa ini. Walaupun kata kamu kita belum merdeka karena masih banyak yang miskin, yaa.. seenggaknya kita nggak miskin ditangan penjajah yang tiap hari nenteng-nenteng senjata.


Kita mengenal banyak pahlawan perempuan, Cut Nyak Dien dari Aceh, Kartini dari Jepara, Dewi Sartika dari Jawa Barat, dan ada nih pahlawan perempuan dari Indonesia Timur namanya Christina Martha Tiahahu. Kalau kamu ke Ambon, monumennya berdiri kokoh di atas perbukitan daerah Karang Panjang. Dan monumen Christina ini juga suka dijadikan tempat nongkrong anak-anak muda di Ambon, selain viewnya yang langsung menghadap Laut Banda, daerah Karpan ini sejuk banget karena banyak sekali pepohonan rimbun. Serunya, kalau lagi duduk di tugu Christina ini kita bisa lihat kota Ambon keseluruhan, pemandangan yang kuereeeeen banget pokoknya. Ilang stress dan segala beban yang kamu punya. Apalagi kalau malam, kilau kerlap kerlip lampu kota Ambon, bikin meleleh litany. *tukan jadi baper T_T, Ya Allah moga saya bisa jalan-jalan lagi ke Ambon, sehariii aja melepas rindu :D*

Tau ngambil foto ini gimana perjuangannya? Cuaca terik jam 11 siang, dengan tangan gemeteran nahan laper *beda hari ama foto2 dibawah*

Siapakah Christina?
Mengutip laman Wikipedia, inilah Christina itu. Martha Christina Tiahahu dilahirkan di Abubu Nusalaut pada tanggal 4 Januari 1800 merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu *kalau nggak salah Paulus Tiahahu ini raja* dan masih berusia 17 tahun ketika mengikuti jejak ayahnya memimpin perlawanan di Pulau Nusalaut. Pada waktu yang sama Kapitan Pattimura sedang mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda di Saparua. Perlawanan di Saparua menjalar ke Nusalaut dan daerah sekitarnya. Anyway dari Nusalaut ke Saparua itu lumayan ya jaraknya, nyebrang dulu pake kapal dari Saparua, walaupun masuk dalam wilayah yang sama yaitu Maluku Tengah tapi ke sana butuh waktu kurang lebih 30 menit. Iya sih kalau di peta emang deket, tapi sebenernya lumayan loh wkwk..

Ini waktu cuaca mendung, kesini waktu bareng sama mertua yang kunjungan ke Ambon

Lanjut ya, pada waktu itu sebagian pasukan rakyat bersama para Raja dan Patih bergerak ke Saparua untuk membantu perjuangan Kapitan Pattimura sehingga tindakan Belanda yang akan mengambil alih Benteng Beverwijk luput dari perhatian.
Guru Soselissa yang memihak Belanda melakukan kontak dengan musuh mengatas-namakan rakyat menyatakan menyerah kepada Belanda. Tanggal 10 Oktober 1817 Benteng Beverwijk jatuh ke tangan Belanda tanpa perlawanan.
Sementara di Saparua pertempuran demi pertempuran terus berkobar. Karena semakin berkurangnya persediaan peluru dan mesiu pasukan rakyat mundur ke pegunungan Ulath-Ouw. Di antarapasukan itu terdapat pula Martha Christina Tiahahu beserta para Raja dan Patih dari Nusalaut.

Beautiful Ambon :-* ketutupan pohon, kalau nggak liat deh hamparan laut yang keceh badai


Tanggal 11 Oktober 1817 pasukan Belanda dibawah pimpinan Richemont bergerak ke Ulath, namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan rakyat. Dengan kekuatan 100 orang prajurit, Meyer beserta Richemont kembali ke Ulath. Pertempuran berkobar kembali, korban berjatuhan di kedua belah pihak.
Dalam pertempuran ini Richemont tertembak mati. Meyer dan pasukannya bertahan di tanjakan Negeri Ouw. Dari segala penjuru pasukan rakyat mengepung, sorak sorai pasukan bercakalele, teriakan yang menggigilkan memecah udara dan membuat bulu roma berdiri.
Di tengah keganasan pertempuran itu muncul seorang gadis remaja bercakalele menantang peluru musuh. Dia adalah putri Nusahalawano, Martha Christina Tiahahu, srikandi berambut panjang terurai ke belakang dengan sehelai kain berang (kain merah) terikat di kepala. Tarian Cakalele ini tarian khas Maluku, dimana orang-orangnya bertelanjang dada dengan membawa parang atau salawaku di tangan kanan dan perisai di tangan kiri, biasanya mereka juga pakai ikat kepala sebagai tanda perjuangan. Kalau ada acara-acara besar, tarian Cakalele kerap ditampilkan. Dengan diiringi tabuhan gendang mereka menari dan bersorak. Heroik sih aku lihatnya. :D, tapi di beberapa tempat juga di Maluku tarian cakalele ga sepenuhnya telanjangan dada.

Walah... kok ya pas foto bareng-bareng gambarnya cerah :D


Dengan mendampingi sang Ayah dan memberikan kobaran semangat kepada pasukan Nusalaut untuk menghancurkan musuh, Chistina memberi semangat kepada kaum perempuan dari Ulath dan Ouw untuk turut mendampingi kaum laki-laki di medan pertempuran.
Baru di medan ini Belanda berhadapan dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur. Pertempuran semakin sengit katika sebuah peluru pasukan rakyat mengenai leher Meyer, Vermeulen Kringer mengambil alih komando setelah Meyer diangkat ke atas kapal Eversten. Tanggal 12 Oktober 1817 Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan rakyat, ketika pasukan rakyat membalas serangan yang begitu hebat ini dengan lemparan batu, para Opsir Belanda menyadari bahwa persediaan peluru pasukan rakyat telah habis.


Vermeulen Kringer memberi komando untuk keluar dari kubu-kubu dan kembali melancarkan serangan dengan sangkur terhunus. Pasukan rakyat mundur dan bertahan di hutan, seluruh negeri Ulath dan Ouw diratakan dengan tanah, semua yang ada dibakar dan dirampok habis-habisan.
Martha Christina dan sang Ayah serta beberapa tokoh pejuang lainnya tertangkap dan dibawa ke dalam kapal Eversten. Di dalam kapal ini para tawanan dari Jasirah Tenggara bertemu dengan Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya.Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan dijatuhi hukuman. Karena masih sangat muda, Buyskes membebaskan Martha Christina Tiahahu dari hukuman, namun sang Ayah, Kapitan Paulus Tiahahu tetap dijatuhi hukuman mati. Mendengar keputusan tersebut, Martha Christina Tiahahu memandang sekitar pasukan Belanda dengan tatapan sayu namun kuat yang menandakan keharuan mendalam terhadap sang Ayah. Tiba-tiba Martha Christina Tiahahu merebahkan diri di depan Buyskes memohonkan ampun bagi sang ayah yang sudah tua, namun semua itu sia-sia.
Tanggal 16 Oktober 1817 Martha Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan ditahan di benteng Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya.

jual bunga bang? *dibuang sayang :p


Martha Christina Tiahahu mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi, kemudian Martha Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan tinggal bersama guru Soselissa.
Sepeninggal ayahnya, Martha Christina Tiahahu masuk ke dalam hutan dan berkeliaran seperti orang kehilangan akal. Hal ini membuat kesehatannya terganggu.
Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi. Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional.

Buset dah bini gue -_-! Patungnya dimana, motretnya kemana -_-'


Btw, Tugu Christina ini kan berdiri kokoh ya menghadap laut Banda. Ini tuh ada filosofinya kenapa dibangun diatas perbukitan dan menghadap kelaut. Jadi Christina muda berperang selalu bawa tombak kemana-mana, dalam patung juga digambarkan, Chritina dalam keadaan memegang tombak. Kemudian kenapa Christina menghadap lurus ke depan, ke arah laut Banda? Itu karena jasadnya ditenggelamkan disana. Baca kan kisah mogok makannya waktu mau dibawa ke Batavia diatas sebuah kapal? Nah, mungkin ketika patung perunggu ini dibuat oleh pembuatnya yang saya nggak tau namanya *mungkin ada yang bisa melengkapi di bagian komen*, Christina melihat ke arah laut sebagai tanda penghormatannya ketika disemayamkan di laut Banda. Pada patung juga dibuat Christina memakai ikat kepala dengan rambut berkibar mata garang. Heroik banget, dan sebagai perempuan muda, patutlah semangatnya kita tiru. Horomate..

Menyambut kemerdekaan 17 Agustus
Lagi kangen Ambon-Menulis adalah theraphy menyembuhkan rindu

Horomate : Hormat (bahasa Ambon)

Info sejarah : Wikipedia, 

20 comments :

  1. makasih sharingnya ,aku jadi tahu tentang beliau yang jd pahlawan bangsa

    ReplyDelete
  2. Pengen banget ke Ambon lihat langsung patung Chritina Martha Tiahu ini. Aku pertama kali lihat wajahnya di poster pahlawan di dinding kelasku waktu SD dulu, dari situ aku sangat suka lihat fotonya yang menunjukkan sosok pemberani.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayo mba main keAmbon, Ambon kota yang indah loh :D

      Delete
  3. Aku pernah belajar sejarah mengenai pahlawan bangsa. Setahu aku di ambon ada tokoh christina martha tiahahu sama kapitan pattimura. Ngomong - ngomong aku jadi pengin deh pergi ke ambon

    nurazizahkim.blogspot.com

    ReplyDelete
  4. Wah masya Allah keren..
    Aisyah baru tahu sejarahnya, TFS kak.. ^^

    ReplyDelete
  5. jadi ingat, jaman SD dulu selalu ada pertanyaan pahlawan perempuan dari Ambon, jawabannya ya Christina Tiahahu. Sekarang malah disuguhkan pemandangan dan kisah yang ciamik, jadi lebih mengenal sejarah
    nice info mbak :)

    ReplyDelete
  6. pengen deh ke ambon melihat langsung suasana kotanya. jadi ingat jaman sd tentang para pahlawan. kl skr udah lupa lagi. makasi sdh mengingatkan kembali

    ReplyDelete
  7. Pas ke Ambon malah nggak sempat tuh foto fotoan di foto Christina Marta Tiahahu

    ReplyDelete
  8. Di masa lalu, banyak wanita Indonesia yang hebat. Salah satunya Christina Martha Tiahahu

    ReplyDelete
  9. Ambon indah ya langitnya biru banget :)

    Cheers,
    Dee - heydeerahma.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... :) begitulah Ambon, Indahnya tiada akhir

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)