Sunday, 11 May 2025

Ketika kita bermimpi jadi orang lain

 



Di sebuah negeri antah berantah, berkumpul sebuah masyarakat, mereka kerap berbincang hangat dengan akrab sekali setiap sore, kadang arisan bersama, kadang sebagian mereka menghabiskan waktu dengan cemilan, kadang olahraga bersama. Tidak ada yang saling mengusik rumah tangga dan kehidupan masing-masing orang, sehingga tidak pernah ada omongan macam-macam di belakang mereka.

Tapi siapa yang tau isi hati mereka, ternyata mereka saling iri satu sama lain, jika malaikat bisa memberitahu, seperti inilah isi hati mereka berbicara, 

 

Si A : "Aku kapan punya anak ya, ngeliat si B bisa bercanda dengan anaknya rasanya aku kepingin juga punya anak. Kok lama banget Tuhan kasih aku anak"

Si B : "Ibuk C enak sekali ya anaknya sudah besar-besar di usia muda, jadi sudah tidak mengurusi toddler lagi, aku diusiaku yang sekarang seumur ibu B anak masih kecil-kecil, kalo pun me time, masak bawa bocil, kan aku pingin sendirian"

Si C : "Suamiku nggak kayak suami A, sabar, setia, baik hati, si A mau apa saja pasti dibelikan, sedangkan aku.. Emang sih dia rajin tapi sayang Suamiku suka selingkuh."

Si D : "Ibu B ngurus anaknya dibantu suami, aku engga.. Punya bocil-bocil berurutan aman aja, aku loh nggak kayak dia sampe nggak bisa me time, kayaknya suntuuk banget tiap hari ngurusin bocil aja nggak habis-habis"

Si E : "Kapaaaan aku punya rumah kayak si C, nyaman, besar, megah, punya pembantu banyak. Enak banget. Bisa staycation di hotel bintang 5 kapan pun dia mau"

Si F : "Ibu D disayang banget sama mertuanya, disayang pulak sama orangtuanya, akur pula sama ipar-iparnya, kenapa aku sama mertuaku nggak pernah bisa akur. Sama ipar-iparku juga berantem terus"

Si C : "Ibu F ini sholehah banget Masya Allah, rasanya ngiri bisa nikmat beribadah kayak dia, bisa sering ikut kajian, bisa kenal banyak ustad dan ustadzah. Kayaknya Allah nggak sayang sama aku, aku sering banget ketinggalan solat, ngaji pun nggak bisa"

Si B : "Ibu F enak banget ya suka keluar negri, umroh berkali-kali, bisa naik haji sesuka hati. Aku kapan ya Allah kayak dia"

Si D : "Selain ngurus anak dengan rasa lelah, ibu-ibu ini apa sebenernya nggak tau bahwa aku punya penyakit menahun yang susah disembuhkan, yaitu autoimun. Betapa enaknya mereka bisa hidup tanpa minum obat setiap hari. Sunggu melelahkan berjuang hidup demi anak-anak tetap bisa melihat ibunya"

 

diambil dari thread rulirenata

 


Si A : "Ibu B, C, D, E, F masih punya orangtua, masih bisa berbakti pada mereka, aku ini sudah nggak punya siapa-siapa, lebaran pun nggak ada yang dikunjungi. Sedih banget hidup di dunia kayak nggak ada artinya kalau nggak punya orangtua"

Si B : "Ibu A, C, D, E, F ini kok cantik-cantik ya, kulitnya putih, bersih. Aku ini perasaan sudah perawatan dari A-Z tapi begini-begini aja, tambah putih enggak, yang ada tambah jerawatan karena ganti-ganti kosmetik, aku takut suamiku malah ngelirik-ngelirik mereka kalo lagi pada kumpul"

Si C : "Ibu A, B, D, E, F nggak punya masalah kejiwaan dari kecil, kalo lagi ngumpul terus cerita masa kecilnya, seru banget dengernya, aku iri, aku dari kecil kayaknya nggak pernah bahagia, aku nggak punya cerita masa kecil se-menyenangkan mereka, orangtuaku selalu menganggapku beban, aku benci sekali dengan kehidupanku, aku punya luka batin yang dibawa sejak kecil, aku rasanya kehilangan masa kecil dan membawa trauma sampe dewasa. Ditambah suamiku tukang selingkuh, kayaknya nambah-nambah beban kejiwaan ini, mudah-mudahan mereka nggak pernah tau kalau aku mengalami depresi yang kututupi sendiri"

Si D : "Ibu A, B, C, F semuanya lulusan sarjana, pernah kerja juga, pengalaman mereka mengagumkan. Aku cuma lulusan SD di kampung lagi, rasanya malu kalo ngumpul sama mereka, minder, kayak beda kasta dan nggak nyambung dengan apa yang diobrolin. Makannya aku lebih banyak diam, takut dikira lemot padahal emang nggak faham sama yang diobrolin"

Si F : "Ibu A, B, C, D, E ini apa nggak pernah dihutangi orang apa ya, cape banget tiap hari ada aja yang dateng kerumah pinjem duit, lah dikira aku kaya apa? Cape banget ada aja yang nipu tiap minggu, jahat banget orang-orang. Kayaknya mereka nggak selalu mikirin duit tiap hari."

Si A : "Aku ngiri sama mereka yang bisa ketemu anak-anak tiap hari, nggak harus bangun pagi, beberes dari sebelum subuh, pulang kerja harus beberes lagi, masak lagi, sedangkan aku harus berjibaku di jalan, bekerja. Pengen udahan tapi kalau dirumah gimana dong, aku kan belum punya anak, nganggur rasanya nggak enak banget."

 

Kita nggak bener-bener tau kehidupan orang kayak gimana, yang kita lihat hanya kehidupan luarnya saja. Kita selalu membandingkan dengan apa yang tidak kita punya. Padahal Allah menjadikan kehidupan manusia berbeda sebagai penyeimbang kehidupan, bayangkan kalau manusia kaya semua, tidak ada yang bisa kita sedekahi, padahal amal penyelamat di alam kubur dan hari pembalasan salah satunya adalah sedekah. Bahkan manusia berharap dihidupkan lagi setelah kematiannya hanya karena ingin bersedekah. Atau bayangkan semua manusia mempunyai anak, betapa padatnya penduduk dunia, populasi tidak terkendali, dan bayangkan kalau isi dunia orangnya baik semua, kita tidak lagi memiliki rasa cemas, takut dan berharap perlindungan Allah. Allah mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui, eh kita lebih kepada sok tau sih hehehe…

Masih banyak hal-hal baik lainnya yang sebetulnya itu adalah bentuk kebaikan untuk kita, mengapa kita tidak punya ini, mengapa kita tidak punya itu, mengapa Allah tidak memberi aku ini, sedangkan dia dikasih, apakah Allah zolim? Allah tidak mungkin zolim kepada hambaNya, bahkan Rasulullah berkata, "Allah lebih sayang dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya"

Tapi nyatanya, kita akan selalu iri pada orang yang kita tidak mempunyai sesuatu di dalamnya. Bahkan hal sepele banget seperti iri dengan kondisi orang yang punya anak pintar atau iri dengan harta, pasangan, kehidupan orang lain.

 

Hidup itu sawang sinawang kata orang Jawa, Menurut pengakuan google, Sawang sinawang" adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang berarti "saling memandang" atau "melihat dan dilihat." Namun, maknanya lebih dalam dari sekadar arti harfiah.

Secara filosofi, "sawang sinawang" menggambarkan bahwa setiap orang melihat kehidupan orang lain seolah-olah lebih enak, lebih bahagia, atau lebih sempurna, padahal orang yang dilihat itu juga mungkin memandang kehidupan kita dengan anggapan yang sama.

Jadi dalam artian memandang ini, keinginan kita terhadap hidup orang lain itu nggak akan pernah selesai, selalu aja ada hal yang ingin dimiliki dari orang lain, kurangnya rasa syukur terhadap pemberian Allah bisa membuat manusia makin merasa Allah nggak pernah adil sama dia. Jadi, berbaik sangkalah pada Allah, karena Allah tidak pernah salah memberikan takdir

 

Post a Comment

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)