Di sebuah negeri antah berantah, berkumpul sebuah masyarakat, mereka kerap berbincang hangat dengan akrab sekali setiap sore, kadang arisan bersama, kadang sebagian mereka menghabiskan waktu dengan cemilan, kadang olahraga bersama. Tidak ada yang saling mengusik rumah tangga dan kehidupan masing-masing orang, sehingga tidak pernah ada omongan macam-macam di belakang mereka.
Tapi siapa yang tau isi
hati mereka, ternyata mereka saling iri satu sama lain, jika malaikat bisa
memberitahu, seperti inilah isi hati mereka berbicara,
Si A : "Aku kapan
punya anak ya, ngeliat si B bisa bercanda dengan anaknya rasanya aku kepingin
juga punya anak. Kok lama banget Tuhan kasih aku anak"
Si B : "Ibuk C
enak sekali ya anaknya sudah besar-besar di usia muda, jadi sudah tidak
mengurusi toddler lagi, aku diusiaku yang sekarang seumur ibu B anak
masih kecil-kecil, kalo pun me time, masak bawa bocil, kan aku pingin
sendirian"
Si C : "Suamiku
nggak kayak suami A, sabar, setia, baik hati, si A mau apa saja pasti
dibelikan, sedangkan aku.. Emang sih dia rajin tapi sayang Suamiku suka
selingkuh."
Si D : "Ibu B
ngurus anaknya dibantu suami, aku engga.. Punya bocil-bocil berurutan aman aja,
aku loh nggak kayak dia sampe nggak bisa me time, kayaknya suntuuk banget tiap
hari ngurusin bocil aja nggak habis-habis"
Si E : "Kapaaaan
aku punya rumah kayak si C, nyaman, besar, megah, punya pembantu banyak. Enak
banget. Bisa staycation di hotel bintang 5 kapan pun dia mau"
Si F : "Ibu D
disayang banget sama mertuanya, disayang pulak sama orangtuanya, akur pula sama
ipar-iparnya, kenapa aku sama mertuaku nggak pernah bisa akur. Sama ipar-iparku
juga berantem terus"
Si C : "Ibu F ini
sholehah banget Masya Allah, rasanya ngiri bisa nikmat beribadah kayak dia,
bisa sering ikut kajian, bisa kenal banyak ustad dan ustadzah. Kayaknya Allah
nggak sayang sama aku, aku sering banget ketinggalan solat, ngaji pun nggak bisa"
Si B : "Ibu F enak
banget ya suka keluar negri, umroh berkali-kali, bisa naik haji sesuka hati.
Aku kapan ya Allah kayak dia"
Si D : "Selain
ngurus anak dengan rasa lelah, ibu-ibu ini apa sebenernya nggak tau bahwa aku
punya penyakit menahun yang susah disembuhkan, yaitu autoimun. Betapa enaknya
mereka bisa hidup tanpa minum obat setiap hari. Sunggu melelahkan berjuang hidup
demi anak-anak tetap bisa melihat ibunya"
diambil dari thread rulirenata |
Si A : "Ibu B, C,
D, E, F masih punya orangtua, masih bisa berbakti pada mereka, aku ini sudah
nggak punya siapa-siapa, lebaran pun nggak ada yang dikunjungi. Sedih banget
hidup di dunia kayak nggak ada artinya kalau nggak punya orangtua"
Si B : "Ibu A, C,
D, E, F ini kok cantik-cantik ya, kulitnya putih, bersih. Aku ini perasaan
sudah perawatan dari A-Z tapi begini-begini aja, tambah putih enggak, yang ada
tambah jerawatan karena ganti-ganti kosmetik, aku takut suamiku malah ngelirik-ngelirik
mereka kalo lagi pada kumpul"
Si C : "Ibu A, B,
D, E, F nggak punya masalah kejiwaan dari kecil, kalo lagi ngumpul terus cerita
masa kecilnya, seru banget dengernya, aku iri, aku dari kecil kayaknya nggak
pernah bahagia, aku nggak punya cerita masa kecil se-menyenangkan mereka,
orangtuaku selalu menganggapku beban, aku benci sekali dengan kehidupanku, aku
punya luka batin yang dibawa sejak kecil, aku rasanya kehilangan masa kecil dan
membawa trauma sampe dewasa. Ditambah suamiku tukang selingkuh, kayaknya nambah-nambah
beban kejiwaan ini, mudah-mudahan mereka nggak pernah tau kalau aku mengalami
depresi yang kututupi sendiri"
Si D : "Ibu A, B,
C, F semuanya lulusan sarjana, pernah kerja juga, pengalaman mereka
mengagumkan. Aku cuma lulusan SD di kampung lagi, rasanya malu kalo ngumpul
sama mereka, minder, kayak beda kasta dan nggak nyambung dengan apa yang
diobrolin. Makannya aku lebih banyak diam, takut dikira lemot padahal emang
nggak faham sama yang diobrolin"
Si F : "Ibu A, B,
C, D, E ini apa nggak pernah dihutangi orang apa ya, cape banget tiap hari ada
aja yang dateng kerumah pinjem duit, lah dikira aku kaya apa? Cape banget ada
aja yang nipu tiap minggu, jahat banget orang-orang. Kayaknya mereka nggak
selalu mikirin duit tiap hari."
Si A : "Aku ngiri
sama mereka yang bisa ketemu anak-anak tiap hari, nggak harus bangun pagi,
beberes dari sebelum subuh, pulang kerja harus beberes lagi, masak lagi,
sedangkan aku harus berjibaku di jalan, bekerja. Pengen udahan tapi kalau
dirumah gimana dong, aku kan belum punya anak, nganggur rasanya nggak enak
banget."
Kita nggak bener-bener
tau kehidupan orang kayak gimana, yang kita lihat hanya kehidupan luarnya saja.
Kita selalu membandingkan dengan apa yang tidak kita punya. Padahal Allah
menjadikan kehidupan manusia berbeda sebagai penyeimbang kehidupan, bayangkan
kalau manusia kaya semua, tidak ada yang bisa kita sedekahi, padahal amal
penyelamat di alam kubur dan hari pembalasan salah satunya adalah sedekah.
Bahkan manusia berharap dihidupkan lagi setelah kematiannya hanya karena ingin
bersedekah. Atau bayangkan semua manusia mempunyai anak, betapa padatnya
penduduk dunia, populasi tidak terkendali, dan bayangkan kalau isi dunia
orangnya baik semua, kita tidak lagi memiliki rasa cemas, takut dan berharap
perlindungan Allah. Allah mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui, eh kita lebih
kepada sok tau sih hehehe…
Masih banyak hal-hal
baik lainnya yang sebetulnya itu adalah bentuk kebaikan untuk kita, mengapa
kita tidak punya ini, mengapa kita tidak punya itu, mengapa Allah tidak memberi
aku ini, sedangkan dia dikasih, apakah Allah zolim? Allah tidak mungkin zolim
kepada hambaNya, bahkan Rasulullah berkata, "Allah lebih sayang dari kasih
sayang seorang ibu kepada anaknya"
Tapi nyatanya, kita
akan selalu iri pada orang yang kita tidak mempunyai sesuatu di dalamnya.
Bahkan hal sepele banget seperti iri dengan kondisi orang yang punya anak
pintar atau iri dengan harta, pasangan, kehidupan orang lain.
Hidup itu sawang
sinawang kata orang Jawa, Menurut pengakuan google, Sawang
sinawang" adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang berarti "saling
memandang" atau "melihat dan dilihat." Namun, maknanya lebih
dalam dari sekadar arti harfiah.
Secara filosofi,
"sawang sinawang" menggambarkan bahwa setiap orang melihat kehidupan
orang lain seolah-olah lebih enak, lebih bahagia, atau lebih sempurna, padahal
orang yang dilihat itu juga mungkin memandang kehidupan kita dengan anggapan yang
sama.
Jadi dalam artian
memandang ini, keinginan kita terhadap hidup orang lain itu nggak akan pernah
selesai, selalu aja ada hal yang ingin dimiliki dari orang lain, kurangnya rasa
syukur terhadap pemberian Allah bisa membuat manusia makin merasa Allah nggak pernah
adil sama dia. Jadi, berbaik sangkalah pada Allah, karena Allah tidak pernah
salah memberikan takdir
Post a Comment
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)