Monday 22 August 2016

Inilah Alasan Kenapa Kamu Harus Merantau


Merantau artinya berpindah tempat tinggal dari daerah yang satu ke daerah yang lain, bisa karena pekerjaan, atau karena ikut pasangan yang bekerja. Ketika merantau banyak hal yang harus bisa kita sesuaikan dengan kondisi diri kita, mulai dari cuaca, makanan, istiadat dan budaya setempat. Sepanjang saya lahir, saya sudah lima kali berada di daerah yang berbeda, pertama di Bekasi, budayanya beda dong perpaduan antara sunda dan betawi, lalu pindah lagi ke Kalimantan saya nggak begitu kesulitan harus belajar pola dan budaya orang Kalimantan karena saya sendiri juga orang Kalimantan :D, lalu pindah lagi ke Makassar, adat istiadatnya rada-rada mirip dengan orang Kalimantan, ya iyalah mereka kan tetanggaan wong di Kalimantan juga banyak orang Makassar, lalu pindah lagi ke Ambon dimana pesta sampai tengah malam dengan musik keras adalah hal yang bisa dan wajar.

Saya bersyukur bapak saya PNS yang kalau kata orang pekerja tukang pindah, jadi saya sempat merasakan kehidupan yang beda-beda sedari kecil, hal ini membuat saya belajar bahwa Allah itu Maha Besar, Ia menciptakan banyak manusia dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, dan manfaat merantau ini saya rasakan juga ketika saya menikah dan akhirnya harus ikut suami merantau lagi. Lalu, apa sih alasan kenapa kita harus merantau?

Memperkaya wawasan kebangsaan kita
Dengan merantau otomatis kita akan pindah ke lingkungan yang baru dan adat istiadat yang baru. Sembari menikmati hari-hari di tanah rantau, cepat atau lambat kita akan mengenal banyak hal di daerah yang baru tersebut, misalnya sejarah yang ada di daerah itu, apa-apa saja yang menjadi tradisi kuat sesuatu daerah. Saya aja kalau nggak pindah ke Ambon nggak bakalan tau sebab VOC datang ke Indonesia karena rempah-rempah yang ada di Maluku :D padahal saya ini anak IPS

Mengenal bahasa daerah lain
Karena sering berinteraksi dengan warga sekitar, otomatis ada bahasa baru yang akan kita dengar setiap harinya. Ada logat baru yang secara nggak langsung akan berdampak pada dialek sehari-hari kita. Mau nggak mau kita harus belajar bahasa daerah di tempat kita tinggal kalau ingin melebur dengan warga setempat. Atau minimal jika ingin mengerti kebiasaan daerah tersebut ya mau nggak mau harus belajar bahasa mereka. Sebagai contoh kayak waktu saya tinggal di Makassar, orang-orang Makassar sering berbicara ‘Ie’ yang artinya iya, atau penambahan kata-kata seperti ‘Ji, Mi, Ka’. Atau pas saya tinggal di Ambon ini, hampir semua penduduk, pemilik toko atau interaksi dengan warga pakai bahasa Ambon, kalau nggak cepat dipelajari saya bakalan nggak nyambung terus tinggal di sini, contohnya misalnya saya ingin belanja di warung, “Pak, ada sabun x?”, si bapak menjawab “Seng” yang artinya tidak. Kalau saya nggak ngerti masak saya nanya sabun dikasih seng -_-‘

Belajar hidup susah dan prihatin
Di tanah rantau pasti kondisinya jauh berbeda dengan daerah tempat tinggal kita. Kadang barang-brang di tanah rantau bisa lebih mahal daripada di daerah tempat tinggal. Di sinilah kita harus bisa menyesuaikan diri mengikuti keadaan di mana kita tinggal
Atau misalnya, di tempat tinggal kita air deras, listrik nyala terus. Tapi di tanah rantau keadaannya jauh berbeda, bisa jadi di tanah rantau sering mati lampu, air susah, sembako mahal. Kalau nggak belajar hidup prihatin dan belajar berhemat kita akan menganggap tanah rantau ini semacam neraka buat kita.

Berlatih kemandirian
Sebab dengan merantau semuanya dikerjakan sendiri. Kalau tinggal dengan orangtua semua sudah serba ada, atau misalnya di daerah kita tinggal masih ada keluarga, walaupun kesusahan kita bisa minjem ini itu. Nah ketika merantau mau nggak mau kita kudu belajar mandiri kan, di tanah rantau kita bisa belajar berhemat, belajar mengelola semuanya dengan baik agar hidup terus berjalan. Karena terus belajar hidup susah, ketika pindah ke daerah yang hedonismenya tinggi kita bisa nggak tergoda karena sudah terbiasa mengelola kesusahan setiap harinya :D
 
Tetangga-tetangga saya di tanah rantau semuanya udah kayak keluarga sangking deketnya
Belajar mengelola emosi
Yang namanya rumah tangga pasti ada konfliknya yang bikin baper. Bagi pasangan yang sudah berumah tangga, di tanah rantau mereka harus menyelesaikan masalahnya sendiri ketika terjadi konflik. Ini yang saya rasakan, nggak dikit-dikit baper ngadu sama orangtua, nggak curhat sama temen. Semuanya diselesaikan sendiri, dan gara-gara ini kita jadi belajar mengelola emosi, nahan amarah kalau ada yang salah. Sebab nggak enak kali marah-marahan dalam 1 rumah, kalau masih tinggal 1 daerah dengan keluarga misal kita masih bisa kabur nenangin diri, nah kalau di tanah rantau, siapa yang bisa didatengin coba? :D

Menambah saudara, teman baru, keluarga dan sahabat.
Di tanah rantau kita akan bertemu dengan orang-orang baru. Otomatis banget kan ini, ya masak sih kita mau jadi mahluk antisosial yang nggak mau kenal siapa-siapa. *yakali ada orang sejenis ini :D, prihatin gue*, dengan bertambahnya teman baru jaringan kehidupan kita semakin luas dan banyak. Kita bisa kenal banyak orang dari semua kalangan dan ini asyik banget. Kita bisa saling bertukar ide, gaya hidup, kita bisa sharing banyak hal, berbagi cerita sedih, suka, dan lainnya. Semakin kita menjelajah kita bisa menemukan orang-orang unik lainnya di muka bumi ini. Dan ketika kita bertemu orang baru, jiwa tenggang rasa kita terasah, bahwa manusia itu diciptakan berbeda-beda banget, kita nggak bisa menyamakan orang yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini pula kita bisa menjaga lisan kita, cara bergaul kita, karena nggak semua orang cuek dan kita nggak bisa menyamakan ini. Mungkin kalau ada orang yang cara berfikirnya sempit, kali itu orang nggak pernah jalan-jalan hee… pisss

Belajar bersosialisasi dengan baik
Di tanah rantau kita akan hidup sendirian, jauh dari keluarga dan kerabat. Yang kita temui adalah orang-orang baru, disinilah jiwa sabar, tenggang rasa, ramah tamah, murah senyum dan banyak hal tentang cara bergaul akan terpraktekkan. Nggak apa juga kita ingin jadi pribadi yang antisosial, tapi suatu hari nanti kalau kita merasa kesulitan nggak akan ada yang bisa dan mau nolongin kita, sebab kita enggan bergaul. Karena saudara terdekat ya cuma tetangga dan orang-orang baru yang kita kenal, hanya mereka yang mau nolongin kita kalau kita butuh pertolongan.

Melatih toleransi antar umat beragama dan sesama agama
Misalnya nih, di lingkungan tempat tinggal kita dulu kita nggak suka jika ada qunut, shalawatan, maulidan dll nah jebret! Tiba-tiba kita dipindahkan ke tempat yang semua itu terlaksana. Apakah kita akan ngamuk-ngamuk di daerah orang sebab ketidaksukaan kita terhadap kebiasaan tersebut? Atau misalnya kita biasa ngelihat masjid, hari-hari terdengar suara azan dengan jelas, puasa gampang dan banyak hal yang memudahkan kita dalam ibadah, di suatu hari kita dipindahkan ke tempat minoritas semacam eropa dan negara-negara barat yang lebih banyak non muslimnya dan bisa jadi muslim dibenci disana. Trus kita mau koprol gitu nangis-nangis pulang ke Indonesia? :D,  
Dengan merantau dan mendapati sebuah kebiasaan baru dalam beragama membuat mata kita dan cara pandang kita terhadap agama bisa lebih terbuka, dan nggak merasa paling bener sendiri dalam beragama.
 
Di tanah rantau Naqib jadi punya temen baru
Bebas Intervensi dan Konfrontasi dari keluarga
Ini yang saya rasakan banget. Ketika saya tinggal dengan orangtua, intervensi itu nggak berhenti tiap hari, ya namanya orangtua ya rada bawel kalau anaknya ada salah dikit. Maksud mereka sih sebenernya baik, pingin anaknya sempurna. Tapi kan nggak semua anak bisa nerima masukan orangtua, karena zaman kita dididik berbeda bukan dengan mereka? Sebagai contoh waktu saya pengen ngasih anak ASI ekslusif, ibu saya udah nyorocos aja terus tuh tiap hari pas Naqib udah umur 5 bulan “Ini anakmu cegukan kasih dikit air putih, ngga apa-apa air putih aja”, “Di lapar tuh, nangis terus” padahal mah emang dia rewel, “Ini jangan begini..ini jangan begitu” belum lagi konfrontasi dari bapak saya, “Anak kamu nggak dikasih makan? Nanti dia kelaparan” yaelaaah baru juga makan jam 1 siang, jam 4 udah disuruh makan lagi. “Kok dia belum jalan udah umur segini”,  bla..bla…bla dan banyak lainnya.
Ketika pindah, saya merasakan saya bebas dari penjajahan mereka. Dan ini yang disebut MERDEKA!! Tapi yang jelas karena saya pulang 1 tahun sekali, ketika ketemu yang diomongin ya masalah kangen-kangenan aja, kalau kelamaan dikit aja saya pulang, ya udah deh banyak lagi yang di intervensi :D kangennya udah ilang

Bebas Tendensi dari orang-orang
Nggak sedikit orang yang udah kenal lama malah mencampuri kehidupan kita, misalnya “Kok belum hamil?” Karena ngeliat kita udah nikah lama nggak hamil-hamil misalnya, “Kok betah banget ngerantau”, kok ini itu.. baweeel!! Dan ini yang saya rasakan ketika saya pulang selepas merantau, tetangga adaaaaa aja yang nanyanya bawel tekewel-kewel rasa pengen dikasih sambel mulutnya. Beda banget ketika saya berada di tanah rantau pertanyaan-pertanyaan tendensius semacam itu nggak pernah saya dengar, karena orang-orang yang merantau udah ngerasa “Hidup gue susah, ngapain gue nyampurin kehidupan orang.” kayak gitu, dan warga lokal juga nggak mau nyampurin kehidupan para pendatang. Ini yang saya suka

Inget arti kata Rindu

Ini request temen saya Chandra KW :p. Saat merantau tentu saja kita akan jauh dari semuanya, dan hanya kita sendiri di negeri orang, nah saat-saat seperti ini biasanya kita akan inget arti kebersamaan. Inget makan bareng keluarga, pas jalan-jalan dan banyak hal lainnya. Nah saat-saat ini kita pasti sedih banget, waktu saya awal-awal ngerantau begitu juga, sedih banget kalau inget hal-hal yang nyenengin maka untuk mengantisipasi kegalauan saya pingin ketemu keluarga saya inget hal-hal yang bikin sebel. Misalnya pas saya berantem sama adek saya, atau pas lagi diomelin ibu atau bapak saya, saya inget itu biar kangennya nggak sampe bikin baper.

Nah itulah sedikit pengalaman saya selama merantau. Sebab merantau, teman-teman sekolah saya nggak jelas, karena selalu berganti-ganti selama beberapa kali. Sebab merantau saya jadi kenal banyak orang, ragam budaya, ragam adat istiadat kebiasaan pola pikir beragama dan saya berfikir inilah Indonesiaku. I love Indonesia, Wonderful Indonesia, right!

26 comments :

  1. Kalau saya manfaat berpindah2 teman saya jadi segambreng hehehe melalui FB pula kami dipertemukan yang hanya sekedar tmn ngaji, tmn skolah mpe tmn main :) *malah curhat*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, sama temen saya juga jadi segambreng gara-gara suka pindah-pindah :D

      Delete
  2. Semoga bisa traveling sampai ke Ambon. Nice share mba Manda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiiin... semangkaaaaaa Aiii aku tunggu disini :D

      Delete
  3. menarikk, belajar hidup prihatin, karena klo jadi kaya gak susah susah amat nerimanya kebalik klo keadaan susah yah, mentalnya musti dibangun, sukaaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, saya belajar ini dari kecil soalnya, makannya bersyukur banget tinggalnya pindah2 :D

      Delete
  4. Wow banyak juga ya daerah rantaunya. Seru juga ya jadi punya teman baru dan menambah wawasan kita tentang budaya mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebab bapak PNS itu juga, kalau bapak nggak PNS mungkin saya nggak ngerasain hidup nomaden :D

      Delete
  5. DAlam Alquran juga diperintahkan untuk 'berjalan di muka bumi' alias mengembara ya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada Quote , 'Jika kamu ingin mengenal Tuhanmu, maka menjelajahlah' dan Quote ini yang selalu saya pegang sampai sekarang

      Delete
  6. saya setuju mba..banyak manfaat positif yang kita dapat dengan keluar dari zoan nyaman dan merantau :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huum saya pikir kalau kita tinggal di situ2 aja hidup nggak akan berkembang :(

      Delete
  7. klo pindah2.. susah adaptasinya sih kalo aku...coz rada kuper he2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak apa, belajar dikit2 mba, nti juga terbiasa lama2 :)

      Delete
  8. aku mulai merantau sjk kls 3 smu :).. Pindah ke kota lain, jauh dari ortu, tapi waktu itu malah seneng bgt :D.. Jarang2 kan jauh dari ortu ;p.. trs tamat smu, lgs milih kuliah di luar, jd makin jauh :D.. tamat dari sana, ga pake balik2, lgs nginjakin kaki ke jakarta :D.. mw naklukin ibukota sekalian nunjukin ke ortu, kalo bisa mandiri skr.. alhamdulillah tercapai :D.. krn merantau kita memang dipaksa mau ga mau jd lbh kuat jalanin hidup ya mbak :)..ga tergantung dari ortu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah hebat ini mba fanny perjuangannya, iya bener banget mba, bebas konfrontasi dari orangtua. Kalau dulu jaman aku kuliah mana boleh jauh-jauhan, kecuali traveling ya *aneh pisan orangtuaku ini*

      Delete
  9. Saya juga merantau ke bandung. Asal Padang. Tapi merantaunya sekeluarga, ada orangtua dan kakak juga, jadi tetep deket sama keluarga :D

    ReplyDelete
  10. Salam anak rantau :D
    Saya sudah merantau cukup lama, dan apa yg Mba tulis di sini memang begitu adanya yang dirasakan anak rantau...

    ReplyDelete
  11. aku baru kerja ini merantau, dar lahir sampe kuliah dulu di kota kelahiran terus :D
    enaknya merantau itu bisa mandiri hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, tapi sedihnya jadi kangen masakan rumah :D

      Delete
  12. Weh iki jos gandos wes teko ngendi2 mbaknya.. kalah ane.. lewong mung neng desoo terus urepe,, arep mlayu ra duwe sangu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh jangan salah, bapakku juga orang desa, tapi akhirnya bisa merantau karena banyak belajar. Bapakku sekolah dapat beasiswa terus, jadi sekolah gratis. Hayo kamu pasti bisa Bonadi ^^

      Delete
  13. Ih, aku iri deh Mba. Aku lahir besar di Jakarta. Ngga pernah merantau begitu. Pengen jalan-jalan liat Indonesia juga. Ntar diteruskan ke anaknya dong ya hehe. Merantau bisa jadi tradsi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo mba jalan2.. Banyak hal2 baru yg bsa kita dapat dari jalan2

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)