Tuesday 22 May 2018

Pahami Cinta Terencana Agar Keluarga Bahagia


Laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap dan seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu daripada dua sayap itu, maka tidaklah dapat terbang burung itu sama sekali
–Ir. Seokarno-


Dulu… duluuu sekali, selepas jaman perang, punya anak banyak kayaknya biasa banget ya, dalam satu  keluarga punya anak lebih dari 5, itu hal biasa. Namun semenjak pak Soeharto melihat populasi manusia di Indonesia ini meningkat, beliau langsung bikin program Keluarga Berencana, yakni 2 anak cukup. Gunanya apa? Agar pertumbuhan penduduk nggak semakin melebar. Alhasil, semakin ke sini jumlah anak yang dilahirkan dalam satu keluarga jumahnya semakin menipis. Punya anak 4 dalam satu keluarga ngeliatnya kayak udah banyak banget gitu :D, di era millennial yang saya temui malah banyak orangtua yang nggak kepingin punya anak. Alasannya simpel, mereka nggak mau nambah populasi penduduk, mereka takut nggak bisa merawat anak dari segi biaya, pendidikan dan hidup, bahkan ada yang merasa punya anak itu merepotkan, karena tiap hari kerjanya cuma nangis, merengek, minta mainan dll. Adapun yang tetap bercita-cita punya anak banyak, agar masa tua nggak sepi-sepi banget, tapi hal ini sudah sangat jarang saya temui.

Yang pasti anak itu nggak akan kecil terus kan? Dari waktu ke waktu anak akan tumbuh besar dan mereka akan membalas semua kebaikan kita jika orangtuanya dulu merawatnya dengan baik.
Ngomong-ngomong soal merawat anak nih, sebenernya punya anak dan membangun keluarga itu ternyata perlu banget direncanakan loh. BKKBN dalam program ‘Cinta Terencana’ akan membantu semua penduduk mulai dari usia sekolah, remaja, dan pra Nikah membuka konsultasi dan bimbingan bagaimana caranya membangun keluarga agar lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat dan negara.
Kemarin bertempat d Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah saya menghadiri diskusi seru bersama BKKBN dengan mengangkat tema ‘Membangun Keluarga Berkualitas Dengan Cinta Terencana’, dihadiri kurang lebih 40 blogger, kami mendapat materi super seputar keluarga, ibu Eka Sulistia Ediningsih selaku Direktur Bina Remaja BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana) membuka diskusi, sebelumnya kami diajak mengingat sebuah lagu yang nggak asing ditelinga.. pernah dengar lirik berikut?

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluargaaaa….

Yes, lirik diatas adalah soundtrack dari film jaman lawas, keluarga cemara. Siapa yang tidak kenal dengan film ini, saya pun selalu menonton episode demi episode, haru, biru, seru tapi tidak menggurui. Dalam keluarga tersebut diceritakan, ada emak, bapak, Ara, Euis dan Agil, dari emaknya Lia Waroka ( kalau nggak salah ) sampai diganti Novia Kolopaking. Bapak yang pengusaha kaya mendadak jatuh miskin dan terpaksa keluarganya menanggung beban. Tapi kekompakan dan saling menyemangati membuat keluarga ini tetap harmonis dan utuh.


bu Eka, membuka materi pertama

Hal ini pun diamini ibu Eka, bahwa keluarga adalah unit terkecil dari sebuah bangsa, peran keluargalah yang menentukan keberhasilan bangsa tersebut, seandainya bapak dan emak putus asa dan menyerah, mungkin anak-anak mereka tidak lagi disekolahkan karena bisa saja emak dan bapak berfikir, ‘percuma saja sekolah kalau tetap miskin’, ini tentu saja akan menambah beban negara karena jumlah kemiskinan terus bertambah. Tapi mungkin emak dan bapak tidak ingin miskin terus, maka dari anak-anaknya emak dan bapak berharap pendidikan dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Jika anak-anak sekolah kemudian sukses, mereka bisa saja menjadi asset negara.

Tidak hanya sekedar menikah
Ketika dua anak manusia dewasa yang telah cukup umur memutuskan untuk menikah, mereka tidak hanya menyatukan dua individu yang berbeda, tapi menyatukan dua keluarga besar. Dua individu yang betul-betul merencanakan dengan baik pernikahan akan sadar bahwa setelah menikah mereka mempunyai peran dan tugas tidak hanya sebagai Ayah dan ibu atau Suami dan Istri, tetapi sebagai anggota masyarakat yang harus membuat bangsa ini lebih baik melalui anak-anak mereka, bagaimana caranya?

·         Menikahlah ketika umur cukup
Umur ideal perempuan dimulai dari usia 21 tahun sedangkan laki-laki di usia 25 tahun. Pada usia ini tidak hanya organ reproduksi saja yang sudah dinilai baik, namun dari segi kematangan usia sudah cukup untuk memulai hidup baru. Menikah tidak hanya sekedar melampiaskan syahwat dan hawa nafsu. Memang, menikah lebih baik daripada berzina, tetapi jika menikah tidak cukup umur, akan berdampak buruk pula ke depan. Apalagi jika pendidikan belum usai, maka akan
ada masalah baru ketika mereka tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut. Ketika umur cukup maka pola pikir pun sudah semakin matang. Selain itu, pernikahan memang harus dipersiapkan dengan sangat baik sesuai kematangan umur. Karena usia yang matang dapat menghapus kemiskinan, ketika pendidikan sudah tuntas, maka fikiran untuk mencari pekerjaan akan lebih siap. Setelahnya, pilihan akan berumah tangga akan lebih terencana dengan matang. Jika dengan merencanakan pernikahan dengan baik saja bisa menghapus kemiskinan, sudah pasti perekonomian negara akan lebih baik.

·         Menikahlah karena menanamkan tanggung jawab
Tanggung jawab karena ingin menyelamatkan dirinya dari perbuatan dosa, bukan menikah karena sudah menanggung dosa (misal hamil diluar nikah). Bertanggung jawab terhadap pasangannya sehingga mencegah terjadinya perceraian, perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga. Bertanggung jawab terhadap kelangsungan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Karena ketika memutuskan menikah ada anak yang harus difikirkan bagaimana pendidikannya dan ada keluarga yang harus dipenuhi kebutuhan ekonominya

·         Menikahlah karena mempunyai 5 prinsip
Cinta yang terencana itu mempunyai 5 prinsip yaitu, 1. Mencintai diri sendiri, 2. Mencintai pasangan, 3.Mencintai Keluarga, 4. Mencintai Bangsa, 5. Mencintai Negara. Prinsip ini hanya bisa didapat ketika kita memiliki kematangan pemikiran. Pasangan yang menikah dini bisa saja hanya mempunyai 2 dari 5 prinsip diatas

·         Menikahlah karena mampu bekerja sama
Karena menikah itu menyatukan dua individu yang berbeda sudah pasti akan timbul pemikiran-pemikiran yang bertentangan antar pasangan. Mampu meluruhkan keegoisan dan mampu bekerja sama adalah kunci dan modal dasar membangun keluarga

Lalu apa dampak pernikahan dini dan bagaimana pencegahannya?
Dulu ada film ‘Pernikahan Dini’ yang diperankan Agnes Monica dan Syahrul Gunawan, di film ini digambarkan dampak pernikahan muda yang sudah terjadi akibat mereka melakukan seks diluar pernikahan, kalau ada yang mengikuti film tersebut dari awal pasti faham bagaimana kacaunya rumah tangga mereka setelahnya. Ada banyak dampak yang terjadi di dalam pernikahan dini diantaranya :

1.  Jika ibu melahirkan anak terlalu dini, ibu akan terlibat banyak emosi dan cenderung mengabaikan peran sebagai orangtua, apa sebab? Karena jiwa muda yang cenderung ingin bebas membelenggunya, dan belenggu itu bernama anak. Ada pula pasangan yang menikah dini namun menunda memiliki anak karena takut terjadi seks bebas, ini tidak masalah. Asal mampu bertanggung jawab terhadap istrinya
2.   Kalaupun siap memiliki anak, usahakan memberikan jarak pada anak, minimal 3 tahun.  karena memiliki 2 balita dalam satu rumah tentu saja akan membuat pola asuh menjadi berantakan, anak tidak terurus dan cenderung mengabaikan. Pernah liat nggak sih ada emak kucel dengan beberapa balita, ini karena mengurus balita itu repotnya bukan main.
3.  Menikah terlalu dini akan membuat pasangan yang tidak matang memikirkan keluarga mempunyai keinginan untuk selingkuh dan mengabaikan keluarganya, karena mungkin sudah bosan dan tidak ada lagi rasa tanggung jawab dalam diri si suami/istri.
4.  Menikah terlalu dini akan membuat anak yang dilahirkan akan mendapatkan keegoisan orangtuanya, orangtua akan menjadi otoriter, cenderung tertutup dan tidak sedikit anak yang akan menjadi pelampiasan amarah.

Pencegahannya?
1.   Tentu saja jangan berperilaku menyimpang, alias seks bebas. Mempunyai landasan agama yang baik akan mencegah diri dari perbuatan tersebut
2.   Orangtua harus mempunyai keterikatan batin yang kuat pada anak, melindungi dan tidak menggurui. Rasa tidak nyaman memiliki orangtua hanya membuat anak ingin cepat-cepat menikah agar menjauh dan tidak satu rumah lagi dengan orangtua
3.   Memberdayakan fungsi keluarga, orangtua harus mempunyai peran memberikan informasi pada anggota keluarganya dampak pernikahan dini, anak harus cukup umur menikah dan mempunyai kematangan berfikir.

yeaaay... menang kuis yang diadakan mak Vera, dok : Resi

Memahami apa itu ‘keluarga’.

Psikolog Roslina Verauli mengisi pertemuan selanjutnya dengan materi ‘Kiat Membangun Keluarga Sehat & Terencana’ mak Vera yang seringnya kita lihat di layar kaca ini mengatakan bahwa, sebagai kelompok terkecil dari sebuah masyarakat, pasangan yang telah menikah wajib memahami keluarga, yang dapat dibagi menjadi 5, yaitu :

1.      Berada dalam satu atap
2.      Kelompok sosial dasar
3.      Terdiri dari orangtua dan anak
4.      Kelompok individu dengan keturunan leluhur yang sama
5.      Memiliki tujuan dan nilai kehidupan yang sama, komitmen jangka panjang, umumnya tinggal bersama

Sebab dalam satu atap itulah dua pasangan akan terus bertemu setiap harinya, untuk membangun keluarga yang bertanggung jawab, pasangan harus mempunyai komunikasi positif, dimulai dari tahap :
1.   Mau mendengar, sebagai pasangan jangan hanya mau untuk maunya didengar, tetapi kita juga harus mau mendengar. Tanya apa keluhan pasangan, bantu dan cari solusi bersama
2.  Berani berbicara, jika ada masalah sebaiknya jangan dipendam, utarakan. Pasangan juga perlu untuk jalan berdua, menikmati hari dan mengenang masa lalu
3.   Sama-sama membuka diri, jangan malu jika mempunyai sebuah masalah. Karena ketika telah menikah, pasangan tidak mungkin meminta solusi kembali pada orangtua. Pasangan harus menyelesaikan masalah berdua dengan pasangan sampai menemukan akar permasalahan, membuka diri dengan komunikasi positif adalah modal utamanya
4.  Jelas, dalam berkeluarga. Kita harus mempunyai tujuan, ingin seperti apa keluarga yang dibangun nantinya. Ingin seperti apa anak-anak dididik, tujuan dan arahnya harus jelas.
5.  Fokus pada topic, jika sudah mempunyai tujuan, fokuslah pada tanggung jawab. Ujian mungkin akan datang silih berganti untuk menggoyahkan topik yang kita bangun

6.   Respek dan hormat, sama-sama saling menghormati pasangan adalah kunci keluarga bahagia

Keluarga Berencana sudah waktunya
Janganlah diragukan lagi
Keluarga Berencana besar maknanya
Untuk hari depan nan jaya
Putra-putri yang sehat Cerdas dan kuat
Kan menjadi harapan bangsa
Ayah-ibu bahagia rukun raharja
Rumah tangga aman sentosa

Sebagai penduduk yang mengerti keberhasilan suatu bangsa tidak hanya tugas kepala negara dan pemangku kebijakannya, tentu saja kita harus mulai membenahi tatanan keluarga dirumah. Perbaiki cara berkomunikasi dengan keluarga, perbaiki pola asuh dan mulai mengedukasi keluarga untuk mengatur pola kelahiran serta pernikahan


2 comments :

  1. menikah bukan sekedar cinta harus di dukung dengan cinta terencana, kemampuan financial, stabil emosi

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)