Wednesday 21 September 2016

Perlukah Laki-laki Pandai Mengurus Rumah Sama Seperti Perempuan?


Catatan saya kali ini dikhususkan untuk para laki-laki baik yang sudah menikah maupun yang masih bujang. Bosen ah nulis tentang perempuan mulu, ntar saya dikira feminis lagi,  tapi tenang bapak-bapak nggak usah ngerasa disudutin, ntar dibagian akhir saya mau ngobrol dikit sama ibu-ibunya huehehe
Judulnya bikin cetar membahana nggak tuh? Jika cetar, jawaban apaan yang kudunya dijawab para bapak-bapak sekalian? Iya apa nggak? *CEPAT KATAKAN!*

Kalau bagi saya pribadi, dan dari pandangan saya selama ini, laki-laki harus bisa membekali dirinya dengan semua pekerjaan rumah tangga, sebab ketika menikah, rumah yang ditinggali adalah milik bersama. Kalau cuma istrinya saja yang kerja membereskan rumah berarti itu rumah milik istrinya doang dong. Lah iya, kalau milik bersama pasti ngerasa punya tanggung jawab juga buat ngebersihin itu rumah. Lagi pak, jangan dengan dalih dan predikat Istri Shalehah yang anda sematkan pada diri sang istri lalu anda beralibi malas membersihkan rumah. Kalau gitu kita balikin, bukan suami Sholeh kalau nggak mau bantuin istrinya dirumah. Ya secara.. Rasulullah aja bantuin istri-istrinya dirumah. Masak yang udah ngaji dan merasa panutannya Rasulullah nggak mau nyontoh beliau. :D, *aduuuh tolong saya dikeroyok bapak-bapak*

Lalu apa sajakah manfaat bagi laki-laki jika bisa telaten mengurus rumah ?

Yang pertama. Ketika istri sakit semua pekerjaan pasti terbengkalai, jika suami tidak bisa membersihkan rumah sudah bisa dipastikan rumah kayak kapal pecah dan semakin menjadi-jadilah sakit si istri karena stress mikirin rumah yang berantakan. Ya pak, istri Anda bukan robot yang bisa sehat terus. Dia juga bisa sakit karena kelelahan mengurus rumah, dan dia juga bisa stress atau depresi karena kurang hiburan. Dengan membantu apa yang perlu dibantu *walaupun cuma nyapu atau ngepel* berarti Anda turut menyehatkan jiwa dan raga istri Anda. Sebaliknya dengan membiarkannya bekerja bak robot berarti anda juga turut membantunya sakit, nggak hanya raganya tapi juga jiwanya.



Yang kedua. Jika istri ada keperluan mendadak, suami bisa langsung turun tangan menggantikan. Misalnya istrinya ada pertemuan orangtua murid, atau ada acara lain yang harus dihadiri misal ikutan kajian, seminar, dll.
Mungkin ini kali ya sebab banyak lelaki mengekang istrinya untuk keluar rumah, karena nggak bisa mengerjakan pekerjaan rumah jadi istrinya jadi tumbal *eh maaf kalau bahasa saya kasar*. Ya udah sih pak teriak dan ngaku aja "Maa, kalau mama pergi siapa yang beberes rumah, ngurusin anak-anak dan masakin aku" ga usah gengsi ngerasa butuh istrinya padahal nggak bisa ngapa-ngapain dirumah, beda banget kan sama suami yang udah telaten ngurus rumah " Udah mama pergi aja, rumah biar saya yang ngurus, mama pulang rumah beres. Sesekali istri juga perlu menambah ilmunya diluar” bantuan yang menyenangkan nggak merasa gengsi membantu istrinya dirumah.
Kalau bapak-bapak bilang, “Ya udah istri harus bangun lebih pagi, agar semuanya terlaksana” ya pak, kalau istri bangun lebih pagi sekalipun ia pasti akan kelelahan sampai menjelang malam, atau sekalipun ia berusaha bangun pagi, nggak semua pekerjaan rumah bisa dia handle dengan baik. Solusi terbaik adalah bapak harus membantunya.

Ketiga. Sesekali istri juga perlu me time, pak. Bayangin aja gimana kalau bapak disuruh ngerjain pekerjaan yang sama setiap harinya, monoton. Pasti bosen? Iya, nah sama halnya dengan kaum hawa yang sudah berumah tangga. Mungkin banyak mendengar hadist-hadist yang jika mengerjakan pekerjaan rumah akan banyak dapat pahala, atau pekerjaan yang dilakukan istri itu tanda cinta buat suami, saya mau tanya, bapak-bapak dari hati atau cuma beralibi ngomong gitu? Perempuan juga pengen punya waktu santai untuk dirinya sendiri, ketika perempuan nyantai saat itulah otot-otot dalam tubuhnya ingin relaksasi. Tau kah jika perempuan merasa bugar kembali? Anda akan lebih dicintai dari sebelumnya, anak-anak tidak mendapat bentakan akibat kelelahan yang ditimbulkan ibunya, masakan yang disajikan enak, dan mungkin service malam-malam ibadah akan membuat anda menemukan sensasinya. Serius! Nggak sekali dua kali saya membaca keluhan ibu-ibu di media sosial, “Cape.. kerjaan numpuk. Anak-anak rewel. Pengen pikniiiiiik!”
“Seandainya punya seribu tangan buat ngerjakan ini semua,”, “Disaat bantal dan guling memanggil, cucian belum dijemur, mainan bertebaran, dan saya belum mandi” seandainya suami mau turun tangan pasti status-status mereka nggak kayak gitu, yakin saya..



Keempat. Bapak juga perlu belajar ketrampilan mengurus anak-anak. Kenapa? Sebab anak-anak juga butuh bapaknya. Kata suami saya, "Sebetulnya mudah jika bapak mau dekat dengan anaknya" mandiin aja mereka, ajak ngobrol, suapin. Nggak susah, anak-anak akan ngerasa kalau bapaknya juga berjuang merawatnya. Saya mikir, iya juga ya. Anak saya sampai umur 2 tahun dia pisah sama bapaknya, karena bapaknya kuliah waktu itu, dan saya tinggal sama orangtua. Tapi kenapa pas kita akhirnya ngumpul lagi, Naqib tidak asing dengan bapaknya. Ya karena itu tadi, bapaknya punya kesempatan untuk merawatnya walaupun sekedar nyuapin, jalan sore atau mandiin. Dan taukah pak, walaupun hanya sekedar mandiin atau nyuapin, anda memberikan kesempatan pada istri untuk sekedar meluruskan kaki, atau mengerjakan pekerjaan lain yang bisa dikerjakan saat itu. Sungguh istri sangat membantu uluran tangan Anda.


Kelima. Istri perlu aktualisasi diri. Halah bahasa saya ketinggian. :D Jadi perempuan juga perlu mengembangkan bakat dan keahliannya ya pak dirumah. Misalnya, istri Anda jago bikin kue, ya udah atuh fasilitasi si ibu, dibelikan alat masak yang oke, misalnya oven atau alat masak yang lainnya. Mungkin dengan bikin kue, istri anda bisa terbebas setidaknya satu masalah stress. Sambil masak dengan penuh rasa cinta, bisa tercipta kue-kue enak yang disajikan dirumah. Kan Anda juga yang makmur.
Nah misalnya istri Anda lagi masak, coba jaga si kecil, ajak dia main, ajak dia jalan-jalan sekedar mengitari kompleks, biarkan dia deket sama bapaknya. Biarkan anak tau kalau dia punya bapak, bukan bapak yang sekedar ngasih dia mainan tapi juga mau ngajak main. Istri yang dirinya berkembang dan didukung perkembangannya oleh suami, dia akan merasa rumah tangga tidak sekedar, kasur, sumur, dapur. Tapi ada peran suami dibaliknya.
Coba seandainya tiba-tiba istri Anda sukses sebab aktualisasi dirinya, kan Anda juga yang seneng, siapa tau Anda ikutan top *swit…swiiit* dan rumah tangga semakin tercukupi ekonominya. Istri hadir bukan untuk menyaingi suami ya pak, anda nggak usah takut sebab istri Anda bisa lebih sukses. Rumah tangga dibangun atas dasar kesuksesan bukan persaingan. Nah ketika istri mengembangkan bakatnya inilah saatnya suami turun tangan membantu pekerjaan rumah. Saya pernah datang di suatu seminar bisnis, jadi si teteh ini sebut saja namanya Teh Indari Mastuti beliau ini seorang penulis sukses, pebisnis dan waktunya sibuk banget ngurusin semuanya. Dalam sebuah sesi Teh Indari bilang, “Kenapa banyak ibu-ibu berbisnis tidak sempat mengurus rumahnya. Atau kenapa banyak ibu-ibu enggan melakukan bisnis dan kesibukan lainnya, ini karena suaminya nggak mau bantuin dia dirumah. Ya udah atuh kalau istrinya sibuk mah bapaknya yang bantuin masak, bapaknya yang bantuin nyapu dan ngepel, apa yang bisa dibantu dirumah ya kerjain. Ini bukan masalah kesetaraan gender, tapi jika ingin semuanya berjalan sebagaimana mestinya dan normal, bapak juga harusnya bantuin istrinya. Kalau nggak sempat juga bantuin, ya udah atuh cari ART.” Intinya kalau pengen sukses ya harus bersatu nggak bisa jalan sendiri-sendiri. Insya Allah jika bapak-bapak mendidik istrinya sesuai kodratnya, walaupun istri sukses dia nggak akan lupa bahwa dirinya adalah seorang istri. Serius..

Keenam. Jangan jadi suami ATM ya pak :D tau kan ATM, iya alat buat ngambil duit itu loh. Coba bayangin ATM. Dibutuhkan cuma saat penggunanya pengen ngambil duit. Nah jangan sampe bapak kayak gini, dibutuhkan cuma saat istri atau anak anda butuh duit. Bagaimana perasaan Anda jika anda dibutuhkan hanya saat mereka butuh uang saja. Ini sebenernya harga diri suami udah rendah banget dimata keluarga. Betul suami tugasnya mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, tapi jangan sampai gara-gara uang ‘lagi-lagi uang, uwoowoooo uaaang’ anda mengabaikan peran sebagai ayah dan suami. Tetap mencari rezeki tapi dekatkan diri dengan anak, anak kan juga butuh bapaknya. Masak bapaknya taunya cuma bikin anak aja ieeeuh dan interaksi yang intens dengan istri, masak suami taunya cuma minta ‘jatah’ aja sama istri.
Jadi jika senggang mainlah dengan anak, atau jika senggang bantulah istrinya walaupun hanya nyapu-ngepel. Istri juga bakalan seneng banget walaupun cuma satu-dua pekerjaan yang dibantu. Jadi pun jika anda lelah mencari rezeki, anak nggak segan mijitin bapaknya, bikinin kopi, ngasih prestasi di sekolah, nyium hangat. Istri juga nggak segan ngasih service yang memuaskan untuk suami. Coba bayangin kalau Anda hanya menjadi ATM dirumah, ketika Anda sakit nggak bisa nyari uang, istri dan anak akan ngomel “Papa kok sakit sih, gimana sih, kan papa harusnya di kantor. Nyari uang!” bagaimana perasaan anda jika dibeginiin, sakit cyyyyyn…
Coba kalau misalnya bapak oke kerjaan oke juga dirumah, ketika sakit anak dan istri akan berkata, “Papa, udahlah jangan kerja terlalu keras. Papa istirahat aja dulu dirumah ya, mau dimasakin apa? Dipijetin? Disayang, dipeluk..” :p *lebay istrinya*


Ketujuh. Kenapa bapak harus bisa pekerjaan rumah? Pernah ada lomba masak nggak pas tujuh belasan, misalnya lomba masak nasi goreng. Nah sebenernya panitia itu mau nguji Anda pak, bapak-bapak ini kalau dirumah bantuin istrinya nggak :D menjebak yah, tapi serius ini beneran. Coba misalnya ada bapak-bapak yang masakannya enak dan juara 1 wah pasti disanjung-sanjung kan sama peserta, “Wii, pinter banget masak, pasti istrinya seneng kalau lagi sakit dimasakin enak tuh” “Wi, pak pinter masak. Kalau istri males masak bapaknya aja suruh masak” asal jangan ada komen pedes aja, “Wiii pinter masak, kayaknya istrinya kalah enaknya” Plaaak! Tampol aja bu wkwk..
Ada lomba lain ketika tujuh belasan misalnya, ‘sebutkan urutan mencuci pakaian’ sebenernya ini sepele kan ya, tapi coba kalau bapak-bapak nggak pernah bantuin ibunya, pasti bakalan nggak ngerti urutan ini. Ih bikin malu dan akhirnya kalah.
Seandainya anda sering membantu istri dirumah, hasilnya pasti nggak akan begini. Serius :D jadi nggak usah sungkan untuk membantu istri dirumah, selain bisa mengasah kemampuan diri, anda pasti akan lebih disayang istri dan anak, dan yang pasti kalau ada lomba-lomba semacam gini anda pasti bakalan maju duluan buat ngedaftar, karena ngerasa dirinya kompeten ngurus rumah hehehhe :D *betul apa betul?*


Saya punya role model di Ambon sini, tetangga saya. Jadi keluarga ini pembagian kerja dirumah bagus, Ayah beberes rumah, rapi-rapi, ngepel dll bahkan si bapak ini ngepel rumah sampai 2x sehari. Rumahnya masya Allah rapi banget. Sedangkan istrinya fokus mengurus anak, memasak, menyetrika dll. Nah jika pembagian tugas rumah seperti ini, saya rasa ga ada istri-istri yang stress mikirin tugas rumah yang numpuk dan selalu jd pr buat esoknya. Role model selanjutnya adalah bapak saya, beliau ini setiap pagi selalu nyempetin nyapu, ngepel dan nyapu teras sebelum berangkat ngantor *padahal kantornya di Jakarta loh, pergi dari Bekasi, bayangin!*, dan padahal kami punya pembantu dirumah. Kalau malam bapak saya nyempetin cuci piring. Kalau hari libur lebih lagi, apaaa aja dibersihkan. Bersihkan AC, melap meja tamu, mengantar seprai ke loundryan dan bapak selalu belum mandi sampai siang karena kesibukannya. Dan saya nggak pernah dikasih kesempatan buat beres-beres. *ya udah nonton aja  :p* Saya rasa kerjaan bapak lebih rapi dari kerjaan ibu saya *ampuuuun mi*, karena saya sering dengar dari bapak saya, “Rumah milik berdua, jadi bersihkan berdua”, bapak saya nggak pernah gengsi melakukan pekerjaan rumah, sehingga berkali-kali ibu saya masuk rumah sakit, bapak nggak pernah terlihat stress dengan pekerjaan rumah.
Kalau dirumah karena suami saya workaholic hahah., jadi tugasnya hanya mencuci piring, setiap sabtu dan minggu Naqib saya serahin sama bapaknya, dia juga ngepel dan nyapuin rumah. ini juga ngebantu pakai bangeeet dan dia berubah semenjak kami memiliki anak. Dulu awal menikah dia mana mau bantuin saya, karena menganggap kerjaan rumah itu tanggung jawab istri dan suami tugasnya hanya kerja di kantor. Tapi karena sering saya sindir, "Rasulullah itu ya, sampe jahit baju aja beliau lakuin sendiri. Bahkan sahabatnya, dimarahi istrinya diem aja karena ngerasa pekerjaan rumah tangga itu nggak semudah yang dibayangin" dan akhirnya suami berubah. Ya manusia butuh proses untuk jadi lebih baik kan? Dan Alhamdulillah karena role modelnya Rasulullah akhirnya dia mencontoh  *proud of you honey :-*

Nah jika bapak-bapak merasa tidak bisa membantu istrinya walaupun hanya sekedar nyuapin bocah, coba distop hanya sampai di bapak saja. Ajarkan pada anak-anak laki-laki tugas rumah dan wajibkan pada mereka, tugas yang wajib dikerjakan dirumah sehingga mereka terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah jika besar nanti. Hal ini berpengaruh untuk masa depannya juga, disaat nanti mereka akan ngekost atau hidup sendiri mereka nggak akan kaget mengurus semuanya sendirian bahkan jika menikah nanti. Mau ya pak? 
Dan Ibu-ibu jika suami Anda tidak mau membantu dirumah, coba terus sindir :D, mudah-mudahan mereka mau berubah hehe..


Salam manis ^^, 

43 comments :

  1. Suami yang cinta kepada istrinya, tentu akan berusaha untuk bisa mengerjakan pekerjaan yang biasanya dikerjakan istrinya. Bisa atau tidak itu bukan masalah, keinginan dan rasa cinta akan membuatnya jadi bisa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya, Mbak, mohon izin ya, baru saja saya follow ini. Terima kasih...

      Delete
    2. Aduh so sweet banget sih pak, oke sip makasih sudah di add ya pak,salam kenal ;)

      Delete
  2. kalo aku sih perlu banget, hehe. kerjaan rumah kan banyak. wekeke. kecuali si suami itu bisa ngasih pembantu di rumah yang bisa bikin istrinya ga kecapekan banget ngerjain kerjaan rumah yang setumpuk. :D

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, punya suami juga yang ringan tangan mau membantu hehe. Emang buat istri itu suatu keberuntungan kalo suaminya ga malu atau ga segan untuk membantu pekerjaan rumah. Ga perlu sesuatu yang romantis, dengan dibantu urusan rumah, itu udah cukup menjawab keromantisan suami hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya aku juga pernah bilang sama suamiku ga usah panggil sayang..sayang klo ga mo bantu :p

      Delete
  4. Syukurlah, aku punya suami yg ngerti banget urusan rumah tangga. Ibuku sendiri sampe muji dia, cuciannya dia lebih bersih daripada aku. Dan kadang jadi aku yang semena-mena. *ditoyorrr*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Prikitieeew mantu idaman ^^, anugrah bngt ya mba ;)

      Delete
  5. jadi ingat bapak.... bapak tuh selalu bantu di rumah. ngucek baju (bahkan saya tahu trik mbilas baju ya dari bapak), ngiris bawang (dan saya tahu trik numis dari bapak), nyapu halaman, cuci piring meski ga banyak, ngangkat jemuran. pokoknya banyak. semoga amal dan tauladan bapak mengalir jadi pahala di alam sana. aaamiiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah bapakku tauladanku, keren pisan bapaknya mba

      Delete
  6. Nah betul banget ini.. makanya rumahku berantakan banget, karena gak ada yg bantuin xixi..

    ReplyDelete
  7. Perluuu, alm. Papaku pintar ngantur rumah dan masak lho. Lebih-lebih, pas Mama sakit stroke, jadi otomatis pekerjaan rumah dibagi rata ke semua penghuninya, termasuk alm. Papa yang paling ganteng sendiri di rumah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti anaknya cewek semua ya? Papanya keren banget mba bisa memanajemen anak2nya

      Delete
  8. emang perlu banget terlebih pas yang bagian sakit bener banget mba lah klo kita sakit emang mau gtu rumah kayak kapal pecah hahaha setidaknya bagi para suami yang baca segeralah bertobat untuk tidak egois dengan kegiatannya sendiri plis buka mata hati dan fikirannya untuk ringan tangan bantuin istri. Nilaimu sebagai suami ga akan jatuh kok kalau cuman nyuci piring, ngepel rumah malah lebih ternilai di mata istri dan agama *ealah malah ceramah* wkwkwk nice share mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh...eh..mba ojo emosi hahahah, ketoke pengalaman sendiri ini :D

      Delete
  9. Kalau gue sih masih sungkan kalau lihat suami ngurus kerjaan rumah. Entah karena masih dua tahun pertama pernikahan kali ya. Tapi emang rasa bersalah ajah sih, doi dah capek cari nafkah di luar sampe rumah masa harus bebenah. Tapi sejak ada Umaro mulai longgar deh urat malu gue, meski tetep ajah rasa berdosa kalau doi pegang kerjaan rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eaaa, sekuat2nya istri bekerja pasti bakal lelah juga. Ngapain sih pakek segala gengsi, rumah tangga kan dibangun berdua harusnya semuanya dilakukan berdua, laki gue aja klo ada kerjaan kantor yg minta ketak ketik manggil gue kok, santai...

      Delete
  10. saya rajin nyindir dan berhasil...dulu-dulu dianya menganggap pekerjaan rumah adalah tugas istri, tapi sekarang udah pasrah. Cuman tetap saya tidak mematok pekerjaan apa yang dia bisa selesaikan. kalo saya masih bisa kerjakan, ya saya kerjakan.

    ReplyDelete
  11. HARUS Mbak!hehehe
    Alhamdulillah suami saya orang yang suka mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Eh tapi kadang bikin kesel sih karena kalau lagi di rumah kerjanya ingin bersih2 rumah terus, istrinya sampai dicuekin ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh ya udah istrinya bisa ngerjain pekerjaan lain, ayo perempuan kudu produktif, wah klo saya mah kesempetan banget itu

      Delete
  12. Hahaha, kalau urusan bersih-bersih laki-laki juga terkadang ada yang lebih bersihan daripada cewe. Hmmm, idealnya sih mungkin pekerjaan rumah tangga bisa sharing yak.

    ReplyDelete
  13. perlu bangte, alhamdulillah suamiku ya suka bantu2 malah lihai

    ReplyDelete
  14. menurut saya, sebenarnya laki-laki gak perlu pandai-pandai amat mengurusi rumah sih, asal dia bisa memahami istrinya. Maksud saya, kalo istrinya sedang capek janganlah dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan rumah, sekali-sekali boleh dong dia bantuin nyapu atau cuci piring kan dua kerjaanitu gak butuh keahlian khusus..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi mungkin bagi laki2 itu merupakan pekerjaan yg butuh keahlian mba, soalnya kan mereka nggak biasa mengrjakan pekerjaan itu heheh

      Delete
  15. Baca ini senyam senyum sendiri padahal belum punya suami hahaha, saya setuju banget mbak..
    semoga nanti dapet suami yang rajin mau bantu-bantu saya dirumah. Aamiin ya Allah :')

    ReplyDelete
  16. Aiiih,,,, mau dong lelaki yang bisa ngurus rumah tangga :D

    ReplyDelete
  17. adi senyum-senyum sendiri bacanya. :) Laki-laki memang harusnya bisa melakukan itu. Kan istri tidak selalu sehat. Belum lagi kalau yang habis melahirkan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya bener mba, perempuan pasti nyeri2 gimana gitu habis melahirkan, suami perlu turun tangan untuk membantu

      Delete
  18. ga harus terampil banget, tapi ga usah dikode sudah mau nolong. itu yang wanita harapkan ya mbak hi..hi...saling tolong menolong lah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi sayangya banyak laki2 nggak peka mba, jd perlu dikode :p

      Delete
  19. Perluuu banget, kecuali mau gajian pembantu. Asyik kalau bisa ngerjakan tugas sama-sama, bisa makin mesra deh

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)