Wednesday 3 February 2016

Begini cara mencetak generasi pembenci Masjid

Awas kalau pergi ke mesjid lagi!



Catatan di akhir Januari

Ambon lagi mati lampu saat ini. Hal ini bikin Naqib jadi bangun cepet karena kepanasan. Nggak lama kemudian azan Ashar berkumandang. Naqib langsung bersemangat untuk pergi ke masjid dan mengajak abahnya.


Sembari menunggu Naqib saya membungkus kado untuk acara ulang tahun temannya Naqib besok, karena kebetulan lagi nggak shalat juga. Pulang-pulang, baru buka pintu rumah suami saya langsung cerita heboh.
"Masak ya tadi ada engkong-engkong. Marah-marah abah bawa Naqib"
"Loh kok!?"
"Jadi tadi kan abah shalat di shaf belakang. Cuma di shaf dua, sama Naqib. Nah
selesai shalat engkong-engkong itu nyamperin"
"Apa katanya?"
"Jadi dia nyuruh abah shalat di shaf pertama buat menuhin shaf dulu. Anak ditinggal sendirian dibelakang. Lah abah bilang, ini anak masih dua tahun. Bagaimana kalau ditinggal sendirian? Yang ada abah nggak konsen mikirin Naqib. Memang kalau secara hukum nggak boleh bolongin shaf. Tapi ini kan dalam rangka mendidik anak untuk mencintai masjid." iya Allah juga Maha Tau.
"Trus engkong-engkong itu bilang apa?"
"Besok seng usah bawa anak lai ka masjid" -besok nggak usah bawa anak lagi ke mesjid-
"Abah jawab apa?"
"Lah bagaimana ka? Ini anak beta yang mau ke masjid. Masak beta larang?"
Kalo engkong-engkong ini ketemu saya trus berani ngomelin saya, bakalan saya jawab..
"Terus anak saya kudu belajar sholat dimaneee ngkong? Di gereja?"
"Abah pernah bawa Naqib shalat di shaf pertama. Cuma Naqib belum ngerti dia lari-lari. Lalu kalau ada makmum yang masbuk bagaimana? Ini yang abah fikirkan."
"Hmm.."
"Oh ya kemarin juga ada anak shalat di masjid usia enam tahun kalau nggak salah. Dia shalat di shaf pertama. Selesai shalat diomelin. Jadi si engkong ini pengen yang di shaf pertama ini diisi bapak-bapak aja. Yang belakang anak-anak. Lah emang anak-anak ngerusuh? Kagak! mereka shalat beneran. Akhirnya abah nggak ada ngeliat anak-anak itu shalat di masjid lagi"
Ini engkong-engkong apa-apaan sih. Udah uzur, cari-cari masalah. Dia pikir orang bakalan rajin ke mesjid setelah besar kalau nggak dididik dari kecil? Dikira ajang pencarian bakat apa bisa mencetak orang instan.

Kita terkadang ingin anak-anak kita pada rajin ke masjid jadi anak-anak yang shaleh tapi orangtua memulainya aja nggak mau. Ya mana bisa pak, bu,anak ibarat kertas putih yang belum terisi apa-apa. Untuk membentuk pribadinya dan kebiasaannya ia akan mencontoh orang-orang disekelilingnya. Contoh kecilnya aja makan, anak nggak akan bisa makan pakai sendok kalau nggak diajarin atau dicontohin. 
Nah sama kayak ngaji, shalat, puasa, atau hal-hal lainnya yang membentuk pribadi muslim pada anak. Nggak mungkin anak bisa shalat sendirian kalau nggak ada yang ngajarin atau nyontohin.
Naqib jadi suka ke masjid karena melihat abahnya. Suamiku setiap maghrib, isya dan subuh pasti ke masjid jika tak ada halangan. Nah setiap itu pula Naqib selalu bertanya
"Abah mana bu?"
"Ke masjid nak"
"Atib mau majid bu"
"Nanti ya.."
Awalnya dia cuma nungguin abahnya, berdiri senderan di tiang belum pakai baju muslim. 
Pulang-pulang suka saya ledekin "Jailaaa masak ke masjid pake baju rumah Qib, ga ikutan shalat kamu nak?".

Dan abahnya suka membela, "Belom wajib kali bu!"
"Ya daripada ngeliatin orang solat doang. Kayak nggak ada kerjaan. Mendingan dia dipakaikan baju muslim diajarin solat jamaah" emang istri kalo ngomong makjleb kadang :p.

Besok-besok dia dibelikan baju gamis dan mulai ikut shalat. Awalnya lari-lari, teriak-teriak, gangguin orang (colak-colek), tapi setiap pulang kami beritahu bahwa itu ga boleh dan mengganggu konsentrasi orang shalat. Lama kelamaan ia mengerti bahwa hal itu dilarang dan mulai shalat dengan tenang. Ya namanya juga anak kecil, dalam fikirannya adalah bermain, bermain dan bermain. Bahkan dirumah ibadah pun dia hanya ingin bermain. Tapi kalau kita sabar memberikan pengertian Insya Allah pasti anak juga akan ngerti.
Banyak orangtua yang seperti ini. Ketika ada anak kecil shalat di masjid dimarah-marahi. Tapi ketika ngeliat anak nongkrong-nongkrong abai ke masjid marah-marah juga. Lah maunya apa sih pak? Bu? Saya terkadang bingung dengan pola pikir orangtua yang seperti ini. Pantas saja jika masjid sepi, generasi mudanya saja sudah dilarang meramaikan masjid. Bukankah rasa cinta itu harus disemai dari dini, nggak ada yang bisa spontan. Orang nikah aja mesti taaruf dulu 3 bulan, nggak ada yang instan. Pagi kenalan, siang langsung nikah.

Jujur aja, saya dulu juga sebel sama anak-anak yang suka teriak-teriak di Masjid, lari-lari dan gangguin orang solat. Tapi seiring waktu berjalan, saya semakin dewasa dan akhirnya memiliki anak hal ini merupakan awal mula dalam mendidik anak mengenal shalat. Nggak ada sesuatu yang instan di dunia ini, dan semuanya berproses. Nggak usah jauh-jauh pas punya anak, pas punya adik cowok aja rasanya sebel banget kalau dia males jumatan. Segala macam sindiran juga nggak mempan buat ngajak dia ke masjid.
Nah kalau ada bapak-bapak/ibu-ibu yang sudah renta melarang anak-anak ke masjid apakah mereka nggak pernah jadi anak-anak? Atau jangan-jangan mereka juga sudah dilarang duluan pergi ke masjid sehingga membalasnya dikemudian hari.

Hingga besoknya pas suamiku beli beras di sebuah warung,
“Pak maaf’e kalau tete (kakek-Maluku) ada tegur bapak. Jang dimasukkan ke hati e,”
“Oh seng apa-apa pak. Beta maklum sa..”
“Itu tete memang begitu. Anak-anaknya sa seng ada yang mau pi ka masjid” oh pantes bapaknya aja begitu.
Nah, bapak-bapak penjaga warung ini juga rajin ke mesjid. Rupanya beliau memperhatikan si engkong-engkong marahin laki aye.

Ya jadi jangan harap kita bisa mengajak anak untuk mencintai masjid ketika kecilnya saja sudah dilarang dan dimarahi pergi ke masjid. Perlu Anda ketahui, seorang anak kecil memiliki ingatan yang kuat terhadap masa kecilnya. Jadi bisa saja anak-anak yang tidak mau ke masjid ketika dewasa, pas masa kanak-kanak sudah dimarahi karena tingkahnya.

Saya punya beberapa tips untuk orangtua yang ingin tetap mengenalkan anak mencintai masjid sedari kecil tanpa mengganggu ibadah orang yang ingin shalat di Masjid

1.     Ajak anak shalat pada saat jam dhuha. Jika Ayah bekerja, anak bisa diajak ke masjid untuk melihat aktifitas harian masjid pada sore harinya. Misalnya, anak-anak belajar TPA. Untuk shalat dhuha dengan ayah bisa disiasati pada saat libur misal sabtu dan minggu.
2.    Jika ingin mengenalkan shalat jamaah di masjid. Datanglah pada pertengahan shalat, sehingga orangtua dan anak tidak menempati shaf pertama. Katakan pada anak kalau di dalam masjid tidak boleh lari-lari, berbicara, ataupun mengganggu orang
3.    Ketika ada acara-acara keagamaan yang diselenggarakan di masjid. Ajak anak untuk ikut serta.
4.    Ceritakan dengan bahasa yang sederhana pentingnya shalat di masjid. Perlu kita ketahui bahwa anak paling tidak suka digurui. Anda bisa mengenalkan shalat di masjid dengan menggunakan alat bantu misal boneka dan menggambarkan kegiatan di masjid dengan alat bantu tersebut, contoh :
Boneka 1 : “Ali ayo kita shalat di masjid”
Boneka 2 : “Ayo,”
Boneka 1 : “Kenapa kita harus shalat di masjid?”
Boneka 2 : “ Karena laki-laki wajibnya di masjid. Sedangkan perempuan wajibnya dirumah,”
Boneka 1 : “Ayo kita ramaikan masjid. Masjid adalah tempat yang paliiiiing menyenangkan di seluruh dunia,”
Gunakan dengan bahasa selucu mungkin sehingga anak tertarik untuk meihatnya.
5.    Semuanya sih tergantung orangtua, kalau orangtuanya saja malas ke masjid bagaimana anak bisa tertarik untuk mengetahui masjid.  Tips 1-4 akan gagal di nomer 5 jika Anda saja malas pergi ke masjid :D *aduh jleb banget*

Nah, anak adalah fotocopyan orangtua. Nggak ada anak yang instan dalam menyukai sesuatu, semuanya harus kita tanamkan sedari kecil. Jika kita ingin mendidik anak-anak mejadi generasi shaleh dan shalehah mulailah dari sekarang



-31 januari, Ambon manise-

8 comments :

  1. itu si engkong keseringan nonton haji muhidin kayaknya :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang haji Muhidin juga galak ya mbak? *nggak pernah nonton TV*

      Delete
  2. dulu pas masih tinggal di Aceh, aku seneeeeng banget karena mesjid di komplek rumahku selalu rame.. dan di sana shaf solat di bedain jadi laki-laki dewasa, anak-anak laki, anak-anak perempuan , lalu shaf wanita dewasa. jadi ada 4 bagian.. so, anak2 itu ga mengganggu shaf dewasa.. cuma sejak pindah ke jkt, aku liat di mesjid2 sini semuanya ya di campur, anak2 dan dewasa.. tapi bukan alasan juga untuk melarang anak2 ke mesjid dong.. -__-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau anak-anak yang dibawah umur apa juga harus dipisah sama orangtuanya mbak? aku khawatir kalau anak-anak 3 tahun malah kenapa-kenapa pisah dari orangtuanya

      Delete
  3. Duh...kok gitu :(( Anak 2 tahun lho padahal. Ckckckckck.. si engkongnya galak bener.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, tapi anehnya anak pengurus masjid mau ribut dan nakalnya kayak apa nggak dimarahin.. Aduh kek..kek, rasanya pengen ngedoain dirimu cepet dikubur aja T_T *gemes*

      Delete
  4. Alhamdulillah masjid dekat rumah ramah anak.
    Tapi memang sebaiknya ortu jg memastikan apakah si anak udah bisa dikasi tau klau di masjid hrs ibadah, jgn lari2an, jgn menjahili org dll... Mungkin pas usia2 TK, SD gtu kali ya mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anakku diem aja loh mba, dia cuma ngintilin bapaknya T_T

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)