Thursday 25 February 2016

Ketika 200 perak menjadi masalah *sangat* besar!

Sebenernya saya sudah lama nunggu kapan Indonesia bisa kayak benua biru yang orang kemana-mana belanja pake tas bawa dari rumah. Di Indonesia, bayar tas plastik 200 perak aja dibilang pemerintah dzalim. Saya bingung dzalimnya dimana? Coba kita pikir pake akal sehat yuk...

Maksud dan tujuan kita bawa tas sendiri dari rumah kan buat menekan tingginya limbah plastik. Plastik itu material yg paling susah diurai, bayangkan saja kalau 1 keluarga sudah buang plastik sisa botol minuman, plastik bungkus roti, plastik bungkus sabun, plastik bungkus kue belum plastik2 yang lain. Dalam sehari sudah terkumpul puluhan plastik. Itu baru 1 keluarga, gimana seandainya dalam 1 komplek? Satu daerah dan belum lagi 1 negara.
Tingginya limbah plastik ini bisa jadi bikin negara kita kewalahan mengurainya. Makannya untuk menekan itu diharapkan masyarakat bisa bantuin minimal hal terkecil aja dengan bawa tas sendiri dari rumah nggak susah kan? Malahan kalau dirumah berkurang plastik-plastik nggak kepake bikin rumah jadi keliatan rapi kan?
Cobalah kita selamatkan bumi dari hal yang terkecil aja, pemerintah nggak mungkin kerja sendirian kalau kita ga ikutan bantu. Emangnya pemerintah punya tenaga dewa? Masih bagus pemerintah peduli dengan kelangsungan anak cucu kita, kalau masa bodo ya udah pake aja terus plastik dan kemudian banyak yg mengendap berpuluh tahun dan bikin polusi.

Kita sering kali ngeluh banjir, padahal banjir sendiri disebabkan pengendapan plastik di beberapa selokan. Mana ada sih plastik yang bisa ditembus air? Giliran suruh bantuin pemerintah buat selamatkan bumi ga mau. Cuma 200peraaaak loh ga banyak, 200perak uang yang suka disepelein banyak orang karena nominalnya ga besar. Ealah skrg kok jadi keliatan besar cuma buat beli plastik sebiji.
Jadi cobalah jangan apatis sama pemerintah *mentang-mentang capresmu dulu nggak menang eh..*, mereka lagi berusaha bantu selamatkan bumi. Kecuali kalau kalian pengen anak cucunya kena dampak polusi limbah plastik ya protes aja sono ke pemerintah.. Bagi saya 200 kemurahan, kenapa ga seribu aja sekalian per plastik. Biar beneran pada bawa tas sendiri semua dari rumah.
Mungkin pemerintah baru bisa belajar menekan angka penggunaan plastik belanjaan, memang sih agak terlambat. Tapi baru plastik belanjaan aja dampaknya sudah baik untuk bumi. Kedepan kita kudu siap kalau semua wadah pembungkus plastik diganti dengan yang lebih go green, ketika pemerintah sudah betul-betul menerapkan aturan penggunaan plastik bagi rumah tangga. udahlah jangan pelit.. nikmati saja hidupmu!


Wednesday 3 February 2016

Begini cara mencetak generasi pembenci Masjid

Awas kalau pergi ke mesjid lagi!



Catatan di akhir Januari

Ambon lagi mati lampu saat ini. Hal ini bikin Naqib jadi bangun cepet karena kepanasan. Nggak lama kemudian azan Ashar berkumandang. Naqib langsung bersemangat untuk pergi ke masjid dan mengajak abahnya.